Q.S. Al An’am [6], 65 |
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَىٰ أَن يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِّن فَوْقِكُمْ أَوْ مِن تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُم بَأْسَ بَعْضٍ ۗ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ/ الأنعام [٦]، ٦٥.
Artinya : Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”. (Q.S. Al An’am [6], 65)
Pada ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan bahwa Dia dapat saja mendatangkan azab duniawi kepada umat manusia, khususnya umat Islam baik yang datang dari atas atau dari bawah kaki mereka atau azab berupa perpecahan dan benci membenci di antara mereka.
Azab didefinisikan oleh para ulama sebagai siksaan yang menimpa manusia sebagai akibat dari pelanggaran yang pernah atau sedang dilakukan terhadap larangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Azab dari atas, misalnya turun hujan lebat terus menerus yang mengakibatkan banjir, angin topan yang merusak segala sesuatu yang dilalui, hama dan virus penyakit yang beterbangan di udara membawa epidemi dan sebagainya.
Azab dari bawah, misalnya gempa bumi, letusan gunung berapi, tanah longsor, merajalelanya kejahatan, seringnya kecelakaan, harga-harga yang membumbung tinggi sehingga melemahkan daya beli dan sebagainya.
Azab berupa perpecahan umat, misalnya karena pertarungan politik dan kekuasaan sehingga menimbulkan benci-membenci, yang menang menindas yang kalah dan yang kalah terus berusaha menjatuhkan yang menang sehingga kadang-kadang menimbulkan peperangan.
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir menyebutkan hadis-hadis yang memiliki relevansi dengan ayat ini, antara lain hadis yang diriwayatkan oleh Muslim:
Artinya : "Aku minta kepada Allah tiga hal. Aku minta kepada-Nya agar tidak membinasakan umatku dengan bencana kelaparan lalu Dia mengabulkannya. Aku minta kepada-Nya agar tidak membinasakan umatku dengan banjir bandang lalu Dia mengabulkannya dan aku minta kepada-Nya agar tidak menimpakan keganasan sebagian ummatku kepada sebagian yang lain tetapi Dia menolaknya." (H.R. Muslim)سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا، سَأَلْتُ رَبِّي أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالسَّنَةِ ، فَأَعْطَانِيْهَا ، وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالْغَرْقِ فَأَعْطَانِيْهَا ، وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَمَنَعَنِيْهَا./رواه مسلم .
Hadis ini –juga hadis-hadis yang semakna– secara jelas menunjukkan bahwa Allah menjamin dua hal bagi umat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai penghormatan kepada beliau. Jaminan tersebut berupa doa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang dikabulkan Allah, yaitu:
Pertama: Allah tidak akan membinasakan umatnya dengan bencana yang pernah ditimpakan kepada umat-umat terdahulu. Bencana banjir pernah ditimpakan kepada kaum Nabi Nuh Alaihi Salam, kaum Tsamud dibinasakan dengan petir yang sangat keras, kaum ‘Ad dibinasakan dengan angin yang sangat dingin dan sebagainya.
Kedua: Allah tidak menguasakan musuh atas mereka sampai kepada batas menindas dan melenyapkan eksistensi mereka sama sekali.
Permintaan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang tidak dikabulkan adalah agar Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menimpakan perpecahan pada umat Islam. Artinya persoalan ini diserahkan kepada umat Islam dan hukum sebab akibat.
Dalam hal ini umat Islam berkuasa penuh atas dirinya. Allah tidak memaksakan sesuatu kepada umat ini dan tidak memberi kekhususan kepada mereka. Jika umat Islam konsisten dengan ajaran Islam pasti mereka akan tetap bersatu. Tetapi apabila mereka tidak memperhatikan bahkan melanggar ajaran Islam dengan melakukan berbagai macam kemaksiatan, pasti mereka akan berpecah-belah dan dikuasai musuh.
Jadi ayat dan hadis tidak menunjukkan bahwa perpecahan yang terjadi di tubuh umat Islam adalah takdir atau kepastian yang mesti terjadi yang tidak mungkin dihindari, tetapi dia adalah merupakan akibat dari kesalahan/ dosa umat Islam sendiri.
Sebab apabila perpecahan umat Islam itu merupakan kepastian niscaya tidak ada artinya ayat-ayat dan hadis-hadis yang memerintahkan umat Islam untuk menjaga dan mewujudkan kesatuan dan melarang berpecah belah.
Firman Allah Subbhanahu Wa Ta’ala:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ/ ال عمران [٣]، ١٠٣.
Artinya : "Dan berpeganglah kamu kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk." (Q.S. Ali Imran [3], 103).
مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ. مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ. /الروم [٣٠]، ٣١-٣٢.
Artinya : "Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (Q.S. Ar Rum [30], 31-32).
Artinya : "Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)." (Q.S. Al Mu’minun [23], 52, 53).وَإِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ. فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ زُبُرًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ./ المؤمنون [٢٣]، ٥٢-٥٣.
Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
إِنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلَاثًا، يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوْهُ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلَا تَفَرَّقُوْا وَأَنْ تَنَاصَحُوْا مَنْ وَلَّاهُ اللهُ أَمَرَكُمْ وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإضَاعَةَ الْمَالِ. رواه مسلم.
Artinya :“Sesungguhnya Allah ridha atas kamu dengan tiga perkara dan benci kepada kamu dengan tiga perkara juga; 1). Dia (Allah) ridha atas kamu untuk menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, 2). Kamu berpegang teguh pada tali Allah seraya berjama’ah dan tidak berpecah belah, dan yang 3). Kamu menasehati orang yang diserahi Allah untuk memimpin urusan kamu. Dan Dia (Allah Subhanahu Wa Ta’ala) benci kepada kamu dengan tiga perkara yaitu: 1). Beromong kosong, 2). Banyak bertanya (bukan untuk diamalkan) dan 3). Menyia-nyiakan harta." (H.R. Muslim)
أَنَا أَمُرُكْمْ بِخَمْسٍ أَللهُ أَمَرَنِى بِهِنَّ: بِالْجَمَاعَةِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَالْهِجْرَةِ وَالْجِهَادِ فِى سَبِيْلِ اللهِ…/ رواه أحمد
Artinya: “Aku perintahkan kepada kalian (Muslimin) lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; berjama’ah, dan mendengar, dan thaat, dan hijrah dan jihad di jalan Allah.” (HR. Ahmad)
Artinya : “Berjama’ah itu rahmat, dan berfirqah-firqah itu adzab.” (H.R. Ahmad)الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ /أحمد.
Mengomentari ayat-ayat dan hadis-hadis tentang perintah bersatu dan larangan berpecah-belah Dr. Yusuf Qardlawy berkata, “Tidak ada artinya pula nash-nash lainnya dari Al Quran dan melarang perpecahan, mewajibkan kaum Muslimin agar mempunyai satu Imaam dan tidak membaiat dua khalifah pada waktu bersamaan, serta memerangi orang yang bermaksud memecah belah kalimat atau urusan mereka.”
Seandainya perpecahan itu suatu yang ditetapkan atas umat secara umum dan abadi niscaya perintah-perintah dan larangan-larangan tersebut sia-sia belaka, karena berarti memerintahkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi dan melarang sesuatu yang mustahil.
Hadis-hadis yang menjelaskan bahwa Allah tidak menguasakan atas umat Islam musuh yang akan menghapuskan eksistensinya sama sekali dan bahwa Allah akan menimpakan perpecahan antar sesamanya, tidak menyebutkan bahwa hal tersebut akan terjadi di setiap belahan bumi umat Islam dan setiap zaman.
Ia hanyalah penyakit dan wabah yang akan menyerang umat Islam manakala sudah cukup sebab-sebabnya. Mungkin “penyakit” perpecahan ini terjadi di suatu tempat tetapi tidak demikian halnya di tempat lain, atau di suatu zaman tetapi tidak demikian pada suatu zaman yang lain, atau terjadi pada suatu kaum tetapi tidak demikian pada kaum yang lain.
Memahami hadis-hadis tentang perpecahan umat Islam hendaknya diimbangi dengan hadis-hadis lainnya yang memberi kabar gembira bahwa dakwah Islam akan berjaya dan akan masuk ke Eropa bahkan ke seluruh penjuru dunia.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
Artinya : "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (Q.S. An Nur [24], 55)وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ/ النور [٢٤]، ٥٥.
Dalam Kitab Shahihnya, Imam Muslim meriwayatkan dari Tsauban, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengecilkan bumi kepadaku. Dengan begitu aku bisa melihat masyriq (timur) dan maghrib (barat). Sesungguhnya umatku akan menguasai kerajaannya seperti dikecilkannya kepadaku. Aku diberikan dua mahkota, merah dan putih. Aku memohon kepada Tuhanku untuk umatku agar tidak lekang dengan berjalannya waktu dan tahun, tidak dikuasai oleh musuh di luar mereka sendiri yang bisa merampas kesucian mereka. Lalu Tuhanku berkata: “Wahai Muhammad, sesungguhnya jika Aku menentukan sesuatu, maka itu tidak akan bisa ditolak. Aku telah memberikan kepada umatmu agar mereka tidak lekang oleh zaman dan tidak dikuasai oleh musuh di luar diri mereka sendiri yang bisa merampas kesucian mereka. Itu semuanya terjadi meskipun semua orang bersatu memusuhinya sampai sebagian mereka menghancurkan yang lain.” (H.R. Muslim)
Ini adalah janji Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Dia akan menjadikan umatnya sebagai pemimpin di dunia, pemimpin dan pelindung manusia. Hal ini tidak akan terwujud apabila umat Islam berpecahbelah dan saling bermusuhan. Kesemuanya itu akan terwujud manakala umat Islam bersatu di atas landasan Al Quran dan As Sunnah.
Penyebab Azab
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa penyebab datangnya azab adalah karena kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah, antara lain:
Artinya : "Kebaikan apapun yang kamu peroleh adalah dari sisi Allah dan keburukan apapun yang menimpamu adalah dari kesalahan dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi." (Q.S. An Nisa [4], 79)مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا/ النسآء [٤]، ٧٩.
Jadi tidak mungkin Allah memberikan yang buruk, semua yang datang dari Allah asalnya baik. Apabila manusia ditimpa keburukan, maka itu adalah dari diri manusia itu sendiri. Oleh karena itu jangan menimpakan kesalahan kepada orang lain, tetapi selidikilah kekurangan yang ada pada diri sendiri.
Pada ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfiman:
Artinya : "Dan musibah apa pun yang menimpa kalian adalah karena perbuatan-perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahanmu)." (Q.S. Asy Syura [42], 30).وَمَا أَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْ عَنْ كَثِيْرٍ/ الشورى [٤٢]، ٣٠.
Ayat ini juga memberi peringatan bahwa apabila suatu malapetaka datang janganlah menyalahkan orang lain, menyalahkan taqdir apalagi menyalahkan Allah. Padahal malapetaka yang menimpa adalah akibat kesalahan diri sendiri karena maksiat kepada Allah.
Di antara kemaksiatan yang mendatangkan azab adalah:
1. Mendustakan Ayat Allah
Artinya : "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan." (Q.S. Al A’raf [7], 96).وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ/ الأعراف [٧]، ٩٦.
2. Menyekutukan Allah
Artinya : "Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak." (Q.S. Maryam [19], 90-91).تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا. أَن دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا./ مريم [١٩]،٩٠-٩١.
3. Menyalahi Perintah Allah
Artinya : "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih." (Q.S. An Nur [24], 63).فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ/ النور [٢٤]، ٦٣.
4. Hilangnya Persaudaraan Antara Umat Islam
Artinya : "Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para Muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di permukaan bumi dan kerusakan yang besar." (Q.S. Al Anfal [8], 73).وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ إِلَّا تَفْعَلُوْهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيْرٌ/ الأنفال [٨]، ٧٣.
Yang dimaksud dengan “apa yang diperintah itu” adalah keharusan adanya persaudaraan yang teguh antara umat Islam.
5. Merebaknya Kemaksiatan
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Apabila:
- Harta beredar pada orang-orang tertentu
- Amanah sebagai sumber keuntungan
- Zakat dijadikan hutang
- Orang belajar bukan karena agama
- Suami tunduk kepada isteri
- Anak durhaka kepada ibunya, menjauhkan diri dari bapaknya dan dekat dengan temannya
- Suara-suara ditinggikan di masjid
- Orang hina menjadi tokoh bangsa
- Orang dimuliakan karena kejahatannya
- Orang fasik menjadi pemimpin kabilah
- Biduanita dan musik telah merata
- Khamr diminum di setiap tempat
- Generasi akhir melaknat para sahabat
Inilah sebagian kemaksiatan yang menyebabkan turunnya azab berupa perpecahan umat. Oleh karena itu apabila umat Islam ingin mewujudkan persatuan umat maka kemaksiatan tersebut harus dihindari
Ibnul Qayim Al Jauzi memberikan sepuluh nasehat agar kita dapat menghindari kemaksiatan:
- Menyadari betul betapa buruk dan rendahnya perbuatan maksiat.
- Merasa malu kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
- Senantiasa menjaga nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kita.
- Merasa takut kepada Allah dan khawatir tertimpa hukuman-Nya.
- Mencintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
- Menjaga kemuliaan dan kesucian diri serta memelihara kehormatan dan kebaikannya.
- Memiliki kekuatan ilmu betapa buruknya dampak perbuatan maksiat dan akibat yang ditimbulkannya.
- Memupus angan-angan yang tidak berguna.
- Menjauhi sikap berlebih-lebihan dalam makan, minum dan berpakaian.
- Mengokohkan iman dalam hati
Semoga kita mampu melaksanakannya.
Wallahu A’lam bis Shawwab.
Imaamul Muslimin KH. Yakhsyallah Mansur
(disampaikan pada Ta'lim Wilayah Jabotabek 15 Maret 2015 di JIC Jakarta Utara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar