Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ ۚ إِن يَكُن مِّنكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ ۚ وَإِن يَكُن مِّنكُم مِّائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِّنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَفْقَهُونَ
"Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti". (QS. Al Anfal : 65)
Kolonel Abdoel Haris Nasution (okezone.com) |
(Mediaislamia.com) --- Hari ini, 23 Maret 49 tahun yang lalu, Kolonel Abdoel Haris Nasution, Komandan Divisi III (sekarang Kodam III Siliwangi), seolah berada di persimpangan jalan. Nasib segenap rakyat dan anak buahnya di Bandung bak berada di tangannya.
Nasib yang nantinya akan terjadi peristiwa besar, yakni Bandung Lautan Api (24 Maret 1946). Tapi bukan peristiwa itu yang jadi inti penjabaran sementara ini, melainkan soal rangkaian bagaimana keputusan membumihanguskan segenap kota, sekaligus mengosongkan tempat tinggal ratusan ribu jiwa.
Sejak sekutu yang berintikan tentara Inggris dari Brigade MacDonald masuk ke Bandung pada 12 Oktober 1945, beberapa insiden tak terelakkan antara pemuda bersama tentara Indonesia dengan para pasukan Gurkha (tentara Inggris keturunan Nepal).
Akibatnya, pada 23 Maret 1946, Inggris yang dibonceng NICA (Nederlandsch Indië Civil Administratie), melayangkan ultimatum kedua dan jadi peringatan final yang disampaikan pada Gubenur Jawa Barat, agar Bandung Selatan seluruhnya dikosongkan pada 24 Maret pukul 24.00.
Sebelumnya, Inggris juga sempat mengeluarkan ultimatum pertamanya pada 27 November 1945, di mana mereka menuntut semua senjata bekas rampasan tentara Jepang diserahkan pada sekutu.
Menanggapi ultimatum terakhir itu, Nasution berangkat ke Jakarta untuk menemui Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Dalam pertemuan itu, PM Sjahrir memerintahkan TRI (Tentara Republik Indonesia–sekarang TNI) untuk menuruti ultimatum itu.
Peristiwa Bandung Lautan Api (trifanews.com) |
Sebuah perintah yang sedianya bertentangan dengan instruksi Panglima Besar Jenderal Soedirman lewat perintah Markas Besar TRI di Yogyakarta, menginginkan Bandung tetap dipertahankan setiap jengkal wilayah meski harus bertaruh nyawa.
Atas kebimbangan ini, pada 24 Maret 1946 Nasution kembali ke Bandung untuk selanjutnya, melaporkannya pada Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3).
Dalam pertemuan ini singkatnya menghasilkan keputusan menuruti instruksi pemerintah mengosongkan kota Bandung, sekaligus melakukan infiltrasi di beberapa tempat hingga klimaksnya, membumihanguskan Kota Bandung, di mana usulan menjadikan Bandung sebagai lautan api muncul dari mulut Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung.
"Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah, di situ timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, ‘Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api’,” beber mendiang Jenderal AH Nasution, 1 Mei 1997 silam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar