Senin, 16 Maret 2015

Pemilu Israel : Netanyahu Ditantang Dua Kuda Hitam

Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berirman :
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا      الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih,  (yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah".  (QS. An Nisa : 138-139) 

Pemilu di Israel        (voworld.vn)
(Mediaislamia.com) --- Israel bakal menggelar pemilihan umum Selasa, 17 Maret 2015. Sistem pemilu representasi proporsional Israel menjadikan beberapa partai akan masuk parlemen alias Knesset. Partai terbesar menjadi kunci dalam menentukan calon yang membentuk pemerintahan berikutnya. Berikut ini calon kuat pemimpin bangsa Israel:

1. Benjamin Netanyahu

Perdana menteri inkumben ini adalahveteran politik Israel yang telah memimpin Partai Likud dua kali, pada 1993-1999 dan sejak 2005 hingga kini. Dia telah menjadi kepala kelompok koalisi dari berbagai unsur mulai 2009, setelah menjabat sebelumnya pada 1996-1999. Pria yang akrab disapa Bibi juga telah memegang beberapa jabatan menteri senior lainnya.

Netanyahu saat pemilihan     (antaranews.com)
Dia memiliki reputasi untuk bernegosiasi dalam sistem kepartaian agar tetap stabil dengan cakap. Tapi, upaya terbaiknya gagal mempertahankan mayoritas parlemen yang stabil di Knesset pada 2013. Koalisi yang luas itu runtuh pada akhir 2014, mendorong pemilu Maret, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun dia menghadapi bahaya nyata kehilangan kantor perdana menteri.

Bibi lahir pada 1949 dari sebuah keluarga politik sayap kanan terkemuka. Dia menghabiskan awal hidupnya di Amerika Serikat. Pengalaman itu membuat dia ia fasih berbahasa Inggris. Bibi pun menjadi juru bicara internasional terkemuka bagi Israel pada 1980-an, yang berujung pada pengangkatannya sebagai duta besar untuk Washington.

Netanyahu memiliki pengikut loyal di Likud, berdasarkan catatan mengesankan dalam pemilu dan sikap hawkish-nya terhadap Iran serta penyelesaian konflik dengan Palestina.Kualitas ini, dikombinasikan dengan kepribadian yang kuat, retorika nasionalis dan asosiasi dengan liberalisme ekonomi, juga membuat dia sebagai sosok yang sedikit disukai di kelompok kiri.

2. Yitzhak Herzog

Sama seperti Netanyahu, Herzog adalah produk dari keluarga politik konservatif. Dia keturunan dinasti Partai Buruh kiri-tengah. Ayahnya, Chaim, adalah presiden Israel selama 10 tahun, sedangkan pamannya Abba Eban menjabat menteri luar negeri Israel pada 1960 dan awal 1970-an.

Yitzhak Herzog   (mahddi-news.com)
Dia memenangi pemilihan kepemimpinan Partai Buruh pada 2013. Saat ini Herzog memimpin oposisi di parlemen sekaligus salah satu pemimpin aliansi pemilu kelompok kiri-tengah Zionis Union yang unggul dalam perolehan suara dari Likud dalam jajak pendapat terbaru.

Herzog lahir pada 1960. Sebagai seorang pengacara, ia memegang jabatan menengah di berbagai posisi kementerian antara 2005 dan 2011. Itu ketika Partai Buruh meninggalkan koalisi yang dipimpin Likud.

Bougie, demikian dia biasa disapa, terus mempertahankan tradisis oposisi Partai Buruh untuk kebijakan ekonomi Likud. Dia menuduh pemerintah menurunkan standar hidup Israel dan terus berkampanye secara agresif terhadap kebijakan luar negeri Netanyahu serta mengabaikan masalah Palestina. Sebagai seorang mayor di unit intelijen militer elit, Netanyahu, mantan perwira pasukan khusus, ia menyebut lembek terhadap keamanan negara. 

3. Tzipi Livni

Wanita ini adalah rekan pemimpin Herzog dalam Zionis Union. Seperti Netanyahu dan Herzog, dia berasal dari keluarga politikus terkemuka. Ayahnya adalah tokoh terkemuka dalam pasukan bersenjata ultra-nasionalis Irgun selama pemerintahan Inggris, sebelum menjadi anggota Likud yang lebih moderat dari Knesset.

Tzipi Lini     (pinstake.com)
Livni, yang lahir pada 1958, mengikuti jejak sang ayah, bergerak terus dari sayap 'dovish' Likud ke posisinya saat ini sebagai pemimpin partai liberal Hatnua. Dia mendukung kebijakan Perdana Menteri Ariel Sharon yang menarik pasukan dari Gaza pada 2005. Setelah keluar dari Likud, Livni ke partai tengah Kadima dan menjadi menteri luar negeri sebelum menjadi pemimpin partai menjelang pemilu 2009.

Meskipun Kadima memenangkan kursi terbanyak, Livni menolak persyaratan koalisi sesuai tuntutan pihak agama Yahudi yang menjadikan mereka sebagai oposisi. Dia kemudian kehilangan jabatan di partai dan membentuk Hatnua sebagai protes atas Kadima yang cenderung ke kanan.

Livni adalah pendukung kerjasama dengan Otoritas Palestina dan masyarakat Arab Israel. Namun dia harus kehilangan pekerjaannya sebagai menteri kehakiman Netanyahu pada 2014 karena berbagai perbedaan pendapat soal kebijakan. Dia juga pemimpin utaman Israel yang secara terbuka mendukung hak-hak gay, dan dihormati di Eropa dan Amerika Serikat.


Silahkan klik Vidio di bawah ini :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar