Minggu, 05 Juli 2015

Menag: Hijrah Diperlukan Sikap Istiqomah

(MediaIsamia.com) Jakarta, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, setiap manusia pada hakikatnya telah melakukan hijrah dalam makna harfiah. Sebab, setiap manusia memerlukan hijrah untuk mengaktualisasikan perubahan ke hal yang lebih bermanfaat.

“Hijrah juga memerlukan istiqomah atau konsisten,” Baginya, YISC  telah ikut  memberikan makna luar biasa bagi dirinya, khususnya dalam pembentukan karakter.

Menag sendiri tercatat bergabung dengan YISC pada 31 tahun lalu,  tepatnya tanggal 15 Januari 1984. kata Lukman saat menghadiri acara silahturahmi dan buka puasa bersama dengan Civitas Youth Islamic Study Club (YISC) Al-Azhar dengan tema “Yang Muda Yang Berhijrah”, Ahad (5/7). Sebagai salah satu alumni YISC, Menag mengaku  bersyukur bisa hadir dan bersilahurahmi. dilansir Kemenag, Senin (7/6).

Menurutnya,  keimanan  tidak stagnan atau statis, tapi dinamis, karenanya bisa bertambah dan berkurang (yazidu wa yanqus). Itu tidak terlepas dari kondisi manusia yang juga sering mengalami godaan-godaan.
Namun, ujar Menag, yang terpenting dalam berhijrah adalah adanya kesadaran  diri bahwa sedang berproses  ke arah yang lebih baik.

Lantas, bagaimana agar bisa berhijrah secara istiqamah? Menag berbagi tips, dan itu dimulai dengan mengingat  niat awal dan tujuan berhijrah.

Selain itu, menyadari bahwa manusia tidak sempurna dan tempatnya khilaf. Hal itu harus dapat dijadikan sebagai sesuatu  yang selalu dapat mengingatkan kembali akan niat hijrah.

Di hadapan aktivis muda YISC Al Azhar, Lukman mengajak para generasi muda untuk lebih  mengenal Islam, aktif dalam organisasi Islam, dan belajar bagaimana cara membangun organisasi remaja Islam. Menurutnya, nilai-nilai Islam hadir untuk dunia sehingga tidak semestinya dipisahkan antara dunia dan akhirat. 

Mengajarkan Islam, kata Menag, tidak hanya mempelajari bagaimana salat, membaca Al Qur’an, zakat, dan naik haji. “Islam adalah nilai-nilai kebajikan,” ucap Menag. 

“Inti agama adalah ahlak dan prilaku. Allah menurunkan Rasulullah SAW dibumi ini untuk meyempurnakan ahlak kita. Jadi agama itu hakikatnya adalah ahlak,” tambahnya.

Menag mengajak generasi muda untuk  melihat perbedaan dengan penuh kearifan, tidak mudah mensalah-salahkan, apalagi sampai mengkafir-kafirkan. Hal itu menurutnya tidak dijarakan Islam. sebab, yang diajarkan Islam adalah berlomba-lomba menjalankan kebajikan.

Al-Quran juga menjelaskan bahwa perbedaan itu adalah sesuatu yang given dan sunatullah, yang memang begitulah Allah menghendakinya. 

“Kalau Allah mau maka sangat mudah saja membuat satu umat untuk menjadi satu, seperti Islam semua atau yang lain, dan itu mudah saja karena Allah maha segalanya. Esensi keragaman itu sunatullah, yang menuntut kita berlomba-lomba dalam kebajikan bukan berlomba-lomba saling menyalahkan,” tegas Menag (Kemenag/MI)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar