Pejuang loyalis pemerintahan Yaman (Ahlussunnah) mengatakan pada Senin (20/7/2015) bahwa, mereka telah menguasai distrik Al-Tawahi di pusat Aden, benteng terakhir kubu pemberontak Houtsi di kota selatan, menyusul bentrokan sengit dengan pemberontak.
“Mujahidin telah berhasil mengendalikan semua distrik Al-Tawahi dan fasilitas vital,” Ali Al-Ahmadi, juru bicara loyalis pemerintah, mengatakan kepada Asharq Al-Awsat, Senin (20/7). Demikian ALN melansir dari Middle East Update, Kamis (23/7).
Loyalis, yang dikenal sebagai Perlawanan Rakyat, juga merebut kendali di istana presiden, bangunan kantor radio dan televisi , markas komando militer regional, dan pangkalan angkatan laut, Ahmadi menambahkan.
Loyalis kini mulai menyisir daerah sekitarnya dalam upaya untuk membersihkan kantong pemberontak yang tersisa, menurut juru bicara itu.
Pasukan yang setia kepada Presiden Abd Rabbuh Mansur Hadi, yang didukung oleh serangan udara yang dipimpin Saudi, merebut Aden pekan lalu dan anggota kabinet negara ini telah mulai kembali ke kota dari basis sementara mereka di Riyadh.
Pejuang Houthi masih menguasai istana presiden lain di Aden, yang terletak di lokasi strategis Crater district. Ahmadi mengatakan pejuang Houthi yang tersisa masih diposisikan pada atap bangunan di Crater, “tapi dalam jumlah kecil.”
Bentrokan dalam 24 jam terakhir antara pemberontak Perlawanan Rakyat dan Houtsi di Crater telah menewaskan 28 orang, termasuk 17 Houthi, dan melukai puluhan lainnya, kata sumber pro-Hadi.
Pasukan yang didukung Saudi juga menangkap sekitar 40 milisi Houthi di kota, hari Senin. Banyak dari mereka menyerah setelah kendaraan lapis baja pro-Hadi memasuki distrik Al-Tawahi.
Loyalis menemukan markas rahasia di Al-Tawahi yang digunakan Huthi untuk keperluan intelijen, kata sumber itu. Mereka juga menggerebek sebuah rumah yang digunakan untuk menyiarkan saluran TV milik Al-Houthi, Al-Massira TV channel.
Sementara itu, Presiden Hadi, Senin (20/7) mengeluarkan dua keputusan menunjuk seorang gubernur dan wakil gubernur baru untuk Aden sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk menjalankan pemerintahan di kota tersebut.
Sementara itu, Menteri Hak Asasi Manusia Yaman, Ezz Al-Din Al-Asbahi meminta Komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia untuk mengunjungi Aden dan memantau situasi hak asasi manusia di propinsi itu.
“Pemerintah Yaman akan bekerja sepenuhnya untuk mengatur kunjungan dan menghapus semua hambatan dalam perjalanan,” ujar Asbahi kepada Asharq Al-Awsat melalui telepon.
Yaman berada dalam kekacauan sejak September 2014 ketika pemberontak Houtsi yang didukung Iran dan pengikut mantan Presiden Ali Abdullah Saleh merebut Sana’a dan mulai secara bertahap mengkonsolidasikan kontrol mereka di Yaman, dan akhirnya meluncurkan kudeta terhadap pemerintah Hadi pada Februari lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar