Jumat, 24 Juli 2015

Salafi Salah Berguru 1

 Oleh: Umar Rasid Hasan*
Saksi hidup langsung dengan Darul Ifta dari thn 1989 akhir s/d 2001 meskipun berpindah Kafil dari Syeikh Abdul Aziz bin Nasir bin Baz (Mustasyar fi Daril Ifta) kepada Syeikh Abdullah bin Ali Ad-Duayyaan (Riasah Ta’limil Banat)

“tidak ada murid yang salah dan jahat melainkan pada guru yang  salah dan jahat”.

Ungkapan ini kita dapati pada perguruan Kungfu yang menekankan pada kemenangan diatas kebenaran. 

Perguruan ini pun mengarahkan semua anak didik nya untuk taat dan patuh pada guru yang benar dan baik yang sejalan pula dengan ilmunya yang benar dan baik, anak murid itu ibarat kertas putih yang siap dituliskan apa saja di atasnya, tulisan-nya baik maka akan terlihat baik demikian sebaliknya manakala buruk akan terlihat keburukannya.

Jauh sebelum muslimin mengenal kungfu, Islam yang mereka anut telah mengajarkan pula kepada pemeluknya untuk selalu melakukan hal yang benar dan baik, dari generasi ke generasi turun temurun hal yang benar dan baik itu tidak pernah berubah. Dari guru kaum muslimin dimasa lalu yang bernama Salaf sampai zaman sekarang pun tetap salaf, mereka tidak akan pernah merubah pendirian untuk tetap selalu benar dan baik dari masa ke masa.

Sampai pada masa kita hidup hari ini masih dapat dijumpai, semisal pengganti imam masjidil haram setelah Syeikh Subeyyil Rahimahullah yaitu Syeikh Abdur Rahman Assudaisiy Hafidzohullahu Ta’ala dalam khutbah jum’atnya pada tgl 18 Robiul Akhir 1434 H bertepatan dengan 1 Maret 2013 M menegaskan bahwa Ummat Islam harus bahu membahu saling membantu terutama terhadap saudaranya yg teraniaya di Palestina dan di Gaja, Mesir dan Afganistan dan beliau mengakui perjuangan mereka serta mendukungnya, Syeikh Abdur-Rahman Assudaisiy beliau adalah pengikut Salaf.
Oleh karenanya kalau tiba-tiba ada yang mengaku pengikut salaf tetapi perangainya tidak mencerminkan orang-orang salaf maka siapapun dia patut untuk di curigai.
Asal Usul Salafy
Di era tahun 90 an berkembang tren salafi yang mengaku pengikut salaf dengan diketuai oleh Dosen Aqidah di Univ. Islam Madinah yang bernama: Syeikh Muhammad Aman Al-Jami yg berasal dari neg. Habasyah, sesuai dengan nama pendirinya kelompok ini selanjutnya disebut Al-Jamiyah. Demikian penjelasan Syeikh Abdul Aziz bin Mansyur Al-Kinani dalam kitabnya: Ar-Radd A’la A’dya’i As-Salafiyyah; Al-I’tidzar Lil Aziizil Ghoffaar Wal-Intishor Li Ahli As-sunnah Al-Abrar. Awal kemunculan tren Salafi ini pada tahun 1411/1412 H atau th 1990/1991 M, tepatnya saat terjadinya perang Teluk, yaitu disaat Iraq menginfasi Negeri Kuwait.
Pengaruh Politik Pada Salafy
Pendiri Salafi yaitu Syeikh Muhammad Aman Al-Jami banyak terpengaruh oleh pemerintah Saudi Arabia dalam hal ini Dept. Dalam Negeri dan Dinas Intelegent KSA dan di tahun 1411 sampai 1415 H dia berhasil membuat kerusakan dan perpecahan di tubuh ummat islam dengan mengklasifikasikan ummat dan ulama, terkecuali ulama Darul Ifta dan Hai’ah Kibarul Ulamanya mengingat Darul Ifta adalah lembaga resmi pemerintahan, kasus salafi mengklasifikasikan ummat dan ulama ini sempat dibantah oleh Syeikh Bakar Abu Zaid Rohimahullah. Dengan menulis sebuah buku yang berjudul Tashnif An-Nas Bayna Adz-Dzon Wal Yaqin Syeikh Bakar Abu Zaid menyarankan agar ummat dan Ulama tidak terjebak dalam provokasi yang dilancarkan oleh kelompok salafi Al-Jamiyah.
Perpecahan Ulama
Pada saat terjadinya infasi Iraq ke Kuwait th 90 an terjadilah polemik pada tubuh ulama mereka berpecah disaat menentukan Fatwa mana yang akan dirujuk pada saat pemerintah meminta kekuatan asing (Amerika) didatangkan.

Ulama Darul Ifta yang dipimpin oleh Asyeikh Abdul Aziz bin Abd.Rahman bin Abdullah bin Baz beserta anggota Kibarul Ulamanya: Syeikh Muhammad Sholeh Al-Utsaimin, Syeikh Sholeh Ibn Ghushun, Syeikh Jibrin, Syeikh Ghodloyan, Syeikh Sholeh Fauzan ibn Fauzan, Syeikh Abdullah bin Qu’ud, bersepakat bahwa meminta tolong kepada Amerika benar ada keuntungan dan manfaat tetapi hukumnya tidak wajib.

Fatwa ini ditentang oleh murid-murid Syeikh Bin Baz sendiri seperti: Syeikh Safar Al-Hawali, Syeikh Salman Audah, Syeikh Aidl Al-Qorniy, Syeikh Nasir Bin Sulaiman dan Syeikh Al-Umar, Syeikh Sa’id Misfir Al-Qahthoniy, Syeikh Musa Al-Qarniy, Syeikh Muhammad bin Abdullah Ad-Duwaisiy, Syeikh Abdullah Al-Jalali, Syeikh Muhammad Asy-Syanqithiy, Syeikh Ahmad Al-Qaththan, Syeikh Muhammad Al-Quthub, Syeikh Abdul Majid Az-Zindani, Syeikh Abdurahman Abdul Kholiq, Syeikh AbdurRozak As-Syayaji dll mereka termasuk Ulama-Ulama Ishlah, tetapi mereka tidak berpecah dengan Masyaikh yang berada di Darul Ifta meskipun pada akhirnya mereka dipenjarakan, lalu Syeikh Bin Baz sendiri yang meminta kepada pihak kerajaan untuk mengeluarkan mereka dari penjara.
Lahirlah kelompok yang ketiga mereka mengatakan bahwa mendatangkan kekuatan Amerika itu Wajib, merekalah ulama pemerintah, kelompok salafi yang dipimpin oleh Muhammad Aman Al-Jami, Dr.Robi’ Al-Madkhaliy, Muhammad Hadi Al-Madkhaliy, Ali Hasan Al-Halabiy Al-Atsariy, Muqbil Hadi Al-Wadh’i,Falih Al-Harbiy, Farid Al-maliki, Tarahib Ad-Dausiriy, Abdul Lathif BaSyamil, Abdul Aziz Al-askar, Sholeh AS-suhaimi, MUHAMMAD IBRAHIM SYAQRAH (bertaubat) dan merekalah yang menghujat para ulama Darul Ifta dan Ulama Ishlah.

Perangai Salafy
Kata-kata kasar mereka (kaum salafi) akan dicatat sejarah, saat mereka berdakwah dengan serampangan, semena-mena, menebar tuduhan, mencela dan memberikan embel-embel yang tidak senonoh terhadap orang yang tidak bergabung dengan kelompok mereka, bahkan terhadap sesama kelompok mereka pun terjadi fitnah memfitnah.

Nampaknya sudah terbiasa bagi mereka mengatakan Ustadz Perlente, Kalbun min Kilabin Nar, ahli hadas bukan ahli hadist, khowarij, bughot, sururiy, kepada siapapun terlebih kepada Dai’ yang mengusahakan tegaknya Syariat Allah, mengalir dari mulut mereka cercaan, makian, fitnahan dengan tanpa menyesal sedikitpun, apalagi kepada saudara-saudara kita di Mesir seperti: Sayyid Qutb, Hasan Al-Banna, Dr. Abdullah Azam ulama Palestina yang syahid di Afganistan, jadi bulan-bulanan mereka di cerca habis.

Padahal Syeikh Bin Baz Rahimahullah Ta’ala ketika Sayid Qutb akan digantung beliau mengirimkan surat kepada presiden Gamal Abdul Naser untuk memaafkannya bahkan beliau mengatakan-andaikata Mesir tanpa Sayid Qutb apa jadinya?.

Juga Syeikh Utsaimin Rahimahullahu menyindir kelompok salafiyyun dengan kata-kata beliau: Hari ini ada sekelompok manusia mencari-cari kesalahan para Dai’ dan Ulama lalu diekspos besar-besaran dan ironisnya mereka tidak pernah melihat kebaikan-keba-ikan Dai’ dan Ulama yang bersangkutan padahal kebaikan mereka berlipat ganda bila dibandingkan dengan kesalahan mereka,kata-kata beliau tertuang dalan kitab (Al-Watsa’iq Al-Jaliyyah hal. 43).

Syeikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani Rahimahullah amat tidak suka kepada orang yang terlalu mempersoalkan Sayid Qutb, bahkan beliau mengatakan Sayid Qutb adalah Dai’ yang menyemangati Da’wah dan Jihad dan beliau juga memuji tulisan Sayid Qutb dalam kitab : Al-A’dalah Al-Ijtimaiyyah.

Dan ketika Syeikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani ditanya tentang beberapa tokoh ulama yang melakukan beberapa kesalahan dalam Aqidah seperti : Imam An-Nawawi,-Ibnu Hajar,dan Sayid Qutb Syeikh Albani berkata: “Hari ini siapa yang semisal An-Nawawi dan Ibnu Hajar? Beri tahu saya segera”, Dan tentang Sayid Qutb: "Jangan kalian ungkit-ungkit. Dia adalah laki-laki yang kita hargai atas Jihadnya.” (Al-Watsa’iq Al-Jaliyah Hal :49).

Syeikh panutan salafi Dr. Robi’ Al-Madkhali telah dinasehati oleh Ulama besar Saudi Arabia Syeikh DR.Bakar Abu Zaid bahkan beliau menulis buku pembelaan terhadap Sayid Qutb yang berjudul Al-Khithob Ad-Dzahabiy, lagi-lagi Dr.Robi congkak tidak mau menerimanya. Sungguh amat disayangkan, semoga Allah Memberi Hidayah kpd mereka.

Yang sungguh mengherankan ketika kaum salafi menjadikan ulama: Syeikh Bin Baz, Syeeikh Utsaimin, Syeikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani, sebagai rujukan mereka, tetapi justru Fatwa Fatwanya banyak yang tidak dipakai, terkecuali fatwa yang mendukung mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar