Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman :
مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا
"Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi". (QQS. An Nisa ; 79)
Tragedi di hari Fitri (pkspiyungan.org) |
(Mediaislamia.com) --- Aksi teror dan anarkis Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang menyerang, merusak, dan membakar masjid di Tolikara, Wamena, Papua, bertepatan di saat umat Islam tengah merayakan Hari Raya Iedul Fitri kemarin (17/7) sangat disesalkan dan melukai umat Islam sedunia. Sebanyak 33 ulama yang tergabung dalam presidium Aliansi Alim Ulama Indonesia (AAUI) mengutuk penyerangan dan pembakaran masjid ini. Sejumlah ulama ini pun mengambil delapan sikap penting dalam masalah itu.
Pertama, AAUI dengan sangat dalam menyesalkan insiden Tolikara tersebut. Sebab, peristiwa itu telah meretakkan kerukunan Umat Beragama di Indonesia.
Kedua, AAUI mengutuk keras kelompok penyerang yang telah melanggar hukum dan prinsip-prinsip toleransi di negeri ini. Apalagi setelah semakin besarnya toleransi yang diberikan oleh kaum Muslim kepada mereka.
Ketiga, mendesak aparat keamanan (Polri) segera menangkap para pelaku penyerangan. Mereka harus diproses secara hukum dengan secepat-cepatnya.
Keempat, menghimbau para tokoh Muslim agar menenangkan dan mengontrol umat dan anggotanya untuk tidak melakukan tindakan pembalasan.
Kelima, mendesak majelis agama dan para tokoh kristen agar serius mendidik umatnya untuk menghargai hukum dan toleransi yang diberikan oleh kaum Muslimin. Muslim adalah mayoritas mutlak di negeri ini.
Keenam, menghimbau semua pihak agar mewaspadai pihak-pihak yang bermain, mengadu domba antar umat beragama dan menjadikan sentimen agama sebagai komoditas politik. Sebab, hal itu akan merusak stabilitas nasional.
Ketujuh, meminta Dewan Gereja Indonesia memanggil pengurus GIDI untuk dimintai pertanggung jawaban atas surat larangan Shalat Ied dan berjilbab. Dewan Gereja juga harus memberi sanksi tegas terhadap oknum pengurus GIDI dan menyerahkan mereka ke pihak yang berwajib.
Delapan, menghimbau kepada tokoh-tokoh Islam, Kristen, dan agama-agama lain, agar mengedepankan kerukunan antar umat beragama dan menjaga toleransi beragama. Hal itu guna menjaga keutuhan bangsa Indonesia yang beradab dan berkemanusiaan.
“Demikian, pernyataan sikap kami, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih,” kata Ketua Presidium AAUI, KH Shohibul Faroji Azmatkhan. AAUI juga meminta sikap presidium itu bisa disebarkan oleh insan pers untuk menjaga perdamaian dan kerukunan dalam beragama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar