Kelompok sesat Syiah kerap menggunakan terminologi Wahabi dalam dialektikanya untuk memecah belah umat Islam di Indonesia. Seringkali Syiah mengatakan bahwa yang memusuhi mereka adalah Wahabi. Tentunya hal ini adalah perkataan dusta dan harus diwaspadai.
Demikian diungkap oleh Wakil Sekretaris Komisi Litbang Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Dr Fahmi Salim dalam acara bedah buku MUI “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia” yang berlangsung di Masjid An-Nuur, Mahogany Residence, Cibubur, Jakarta Timur, Ahad (6/4/2014).
Fahmi menilai isu Wahabi serta perselisihan yang muncul antara Salafi-Wahabi dengan Ahlussunnah wal Jamaaah (Aswaja) adalah propaganda Syiah untuk memecah belah umat Islam.
Tim penulis buku MUI tentang kesesatan Syiah ini juga mengimbau umat Islam, baik itu Salafy, Muhammadiyah, Aswaja dan lain sebagainya agar bersatu serta meninggalkan perselisihan dalam masalah furu’iyyah. “Yang penting kita satu koridor, Ahlussunnah wal Jama’ah,” tegasnya.
Menurut Fahmi Salim, yang paling beruntung dalam perselisihan antara sesama Muslim adalah Syiah. “Yang paling mendapat keuntungan dari perselisihan antara Salafy-Wahabi dan Aswaja adalah Syi’ah,” ujarnya.
Sementara pembicara lain, Ustadz dr. Haidar Bawazier juga menjelaskan, walaupun Aswaja dan Salafy berselisih, namun rujukan mereka satu, yakni Al-Qur’an dan hadits.
Perbedaan-perbedaan dalam masalah furu’iyyah, kata dr. Haidar, bisa didudukkan oleh orang-orang ‘alim (para ulama) di antara mereka, bukan bawahan-bawahannya. Sedangkan perselisihan dengan Syi’ah adalah perselisihan yang tidak akan pernah bersatu. Ajakan ukhuwah Islamiyah kaum Syiah hanya akan merugikan kaum Muslimin.(arrahmah/syiahindonesia.com/beritaislam.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar