Senin, 22 Juni 2015

Memuliakan Tamu

Rasullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”. (Bukhari no. 6018, Muslim no. 47) 

Ilustrasi - memuliakan tamu   (matahari-bunda.blogspot.com)
(Mediaislamia.com) --- Suatu hari yang cerah, Nabi Muhammad SAW sedang berbincang-bincang dengan para sahabatnya di rumah Rasulullah SAW. Tak berapa lama, terdengar salam dari balik pintu rumah Rasulullah SAW.

“Assalamu’alaikum Warahmatullahi wa Barakaatuh,” sapa seorang tamu. Rasulullah SAW pun menjawab, ''Wa’alaikum salam Warahmatullahi wa barakaatuh.” 

Dari penampilannya, Rasulullah SAW melihat tamunya sedang mengalami kesulitan. Segera Rasulullah SAW mempersilahkan tamunya masuk ke dalam rumahnya. “Sesungguhnya, saya sedang dalam kesempitan, ya Rasulullah. Tak ada sesuatu pun yang saya punyai saat ini,” jalas tamu itu.

Ketika tamu tersebut duduk, segera Rasulullah SAW menemui istrinya. Kepada istrinya dikatakan, beliau kedatangan tamu yang dalam kesusahan. Namun, istri Rasulullah SAW kemudian mengatakan, “Kita sendiri hanya punya air putih yang bisa disajikan.”

Mendengar penjelasan istrinya, Rasulullah SAW tampak murung sejenak karena kehilangan kesempatan untuk membuat senang tamunya yang dalam kesulitan tersebut.

Kemudian Rasulullah SAW menuju para sahabatnya, seraya berkata “Siapa di antara kalian yang bersedia menjamu tamu malam ini? Sesungguhnya ia akan memperoleh rahmat dari Allah SWT,” tanya Rasulullah SAW.

“Saya, ya Rasulullah. Biarkan tamu itu menginap di rumahku,” kata seorang sahabat dari kaum Anshor menawarkan diri. Akhirnya, tamu tersebut dibawa ke rumah sahabat Rasulullah SAW. 

Sesampainya di rumah, sahabat Anshor itu menjelaskan perihal tamu yang dibawanya, “Ya, istriku,. Tadi aku menyanggupi tawaran Rasulullah SAW untuk menjamu tamu yang sedang dalam kesulitan malam ini. Adakah makanan yang dapat kita berikan pada tamu kita itu?”

“Wahai suamiku, sungguh yang kita punya hanya nasi yang cukup untuk makan anak kita saja. Kalau disajikan, anak kita tidak makan malam ini,” ujar istri sahabat

Ilustrasi - Gubuk    (ibrahimradio.com)
“Kalau begitu, bujuklah anak kita untuk tidur lebih cepat supaya dia tidak merasa lapar.” “Tapi, nasi itu hanya cukup untuk satu orang saja,” jelas istri sahabat.

“Ya sudah. Begini saja, nanti saat kau hendak sandingkan hidangan, tidak sengaja kau memadamkan lilin. Jadi, nanti aku akan menemaninya sambil pura-pura makan juga. Barulah, saat acara makan selesai kau usahakan sudah menghidupkan lilin kembali,” kata Sahabat Anshor tersebut. “Baiklah suamiku, akan kulakukan seperti yang kau katakan itu.”

Maka, semua berjalan sesuai dengan rencana. Tamu tersebut dapat disambut dengan baik dan saat esok hari orang Anshor tersebut bertemu Rasulullah tanpa sepatah kata, Rasulullah sudah memberikan senyumnya, seraya berkata “Aku benar-benar kagum pada usaha kalian berdua menjamu tamu dengan baik.”

Begitulah prilaku Rasulullah SAW dan para sahabat dalam memuliakan tamu, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari, ''Barang siapa yang beriman pada Allah SWT dan hari akhir, hendaklah dia memuliakan tamunya.” 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar