Gelombang panas di Pakistan menghantam Karachi yang merupakan kota terbesar di Pakistan, dan kabupaten lain di provinsi Sindh selatan telah menewaskan sedikitnya 140 orang, pejabat kesehatan mengatakan pada Ahad (21/6/2015), sebagaimana dilansir oleh The News.
“Sejak Sabtu sebanyak 131 orang tewas di Karachi dan sembilan orang lainnya tewas di tiga kabupaten di Sindh,” kata Saeed Mangnejo, pejabat kesehatan setempat.
Ia mengungkapkan bahwa pemerintah provinsi telah memberlakukan keadaan darurat di semua rumah sakit, membatalkan cuti untuk dokter dan staf medis lainnya dan meningkatkan stok obat-obatan.
Temperatur di Karachi mencapai setinggi 45 derajat Celcius (111 derajat Fahrenheit) pada Sabtu (20/6), yang merupakan suhu terpanas di Pakistan dalam 15 tahun terahir..
Dr Seemin Jamali, kepala departemen darurat di Rumah Sakit Jinnah, yang merupakan rumah sakit milik pemerintah, mengatakan bahwa lebih dari 100 orang telah meninggal di rumah sakit.
“Mereka semua meninggal karena sengatan panas,” katanya.
Pejabat pemerintah mengatakan bahwa jumlah orang yang meninggal itu telah terjadi sejak Sabtu malam.
Departemen Meteorologi Pakistan mengatakan bahwa suhu panas itu kemungkinan akan mereda dalam beberapa hari mendatang, tetapi dokter menyarankan untuk menghindari paparan sinar matahari dan mengenakan pakaian katun yang menyerap keringat.
Suhu panas itu diperburuk oleh seringnya terjadi pemadaman listrik, yang memicu protes di beberapa bagian wilayah Karachi, sebuah kota yang luas dengan penduduk sebanyak 20 juta.
Pemadaman listrik itu pada akhirnya melumpuhkan sistem penyediaan air di Karachi, menghambat pemompaan jutaan galon air untuk konsumen, ungkap perusahaan air minum yang dikelola negara.
Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif telah memperingatkan perusahaan pasokan listrik bahwa ia tidak akan mentolerir pemadaman listrik selama Ramadhan, ungkap seorang pejabat di kantor Sharif.
Universitas Karachi dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa mereka telah menunda ujian setidaknya satu bulan karena cuaca ekstrim ini.
Organisasi Kesejahteraan Edhi, organisiasi amal terbesar di Pakistan, mengatakan bahwa kamar jenazah telah dipersiapkan untuk menampung korban yang tewas akibat gelombang panas dan korban lainnya.
“Kami harus mengubur sekitar 30 mayat yang tidak diklaim untuk membuat tempat bagi yang lain di kamar mayat,” kata pejabat Edhi, Anwar Kazmi.
Sebagaimana dilansir oleh CNN, bahwa gelombang panas juga menyerang India pada bulan lalu, menewaskan lebih dari 1.000 jiwa dalam kurun waktu satu pekan.
Akhir Mei lalu, badan statistik bencana India melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat gelombang panas di negara itu mencapai 2.005 orang pada tahun ini.
Gelombang panas juga berhembus di Jepang, menyebabkan 780 orang dirawat di rumah sakit pada pertengahan Juni.(arrahmah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar