Selasa, 07 April 2015

Dokumen Supersemar Ditemukan Bersama Surat Cerai

Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman :
وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّن قَرْنٍ هُمْ أَشَدُّ مِنْهُم بَطْشًا فَنَقَّبُوا فِي الْبِلَادِ هَلْ مِن مَّحِيصٍ
"Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)" ?  (QS. Qaf : 36) 

Supersemar    (nasional.inilah.com)
(Mediaislamia.com) --- Setelah hampir setengah abad menjadi misteri dan terkubur dalam timbunan tanda tanya, teks asli Surat Perintah Sebelas Maret akhirnya ditemukan. Dokumen penting dalam sejarah Indonesia modern itu terserak bersama setumpuk surat gadai dan selembar akta cerai.

Penemuan tersebut menandai adanya versi keempat Super Semar, dari tiga versi yang telah ada selama ini. Dokumen tersebut ditemukan di sebuah rumah tua tak terurus di RT 5, RW 3, kawasan Kalijodo, Jakarta Barat, Rabu (1/4/2015). Warga menyatakan rumah itu milik alm Slumun bin Slamet yang semasa hidupnya pun sebatang kara.

Belum jelas, bagaimana Slumun sampai bisa menyimpan dokumen penting tersebut. Namun jelas, Slumun sangat mengerti arti penting dokumen itu yang ditemukan dalam sebuah koper besi yang ditanam di sebuah kamar di rumah yang hampir roboh itu. Paling tidak, ia menyimpannya bersama dengan dokumen penting lain, yakni segepok surat gadai dan akta cerai.

Selama ini Super Semar seolah berselimutkan kabut pekat. Mulai dari siapa penulis (pengetik) teks dokumen; serta apakah benar Bung Karno saat menuliskan Super Semar itu berada dalam todongan pistol sebagaimana dikatakan saksi penandatanganan dokumen tersebut, alm Soekardjo Wilardjito. Bahkan yang paling esensial, bagaimana mungkin teks asli dokumen penting tersebut sempat raib tak tentu rimba hingga berbilang dekade.

Hingga saat ini ada beberapa orang yang mengaku mengetik naskah asli Supersemar. Dari beberapa pengakuan tersebut, yang paling dipercaya adalah Letnan Kolonel Ali Ebram, yang pada saat peristiwa Supersemar menjabat sebagai staf Asisten I Intelijen Resimen Tjakrabirawa.

Soekarno dan Soeharto   (djadja.wordpress.com)
Indonesianis terkenal Benedict Anderson mengungkap adanya seorang tentara yang pernah bertugas di Istana Bogor bersaksi tentang kop surat yang dipakai dalam naskah asli Supersemar. Menurut tentara yang saat ini tidak diketahui namanya tersebut, teks naskah asli diketik di atas surat berkop Markas Besar Angkatan Darat, bukan kertas berkop Presiden Republik Indonesia. Hal inilah yang menurut Ben dapat menjadi jawaban mengapa Supersemar hilang atau sengaja dihilangkan.

Isu ditodongnya Bung Karno sendiri beredar sejak Soekardjo Wilardjito, anggota Resimen Tjakrabirawa, mengungkapnya pada 22 Agustus 1988. Saat itu Soekardjo, di kantor LBH Yogyakarta, bercerita bahwa empat jenderal, M. Panggabean, M. Jusuf, Basuki Rachmat, dan Amir Mahmud, pada 11 Maret 1966 sekitar pukul 01.00 datang menghadap Presiden Sukarno di Istana Bogor. Mereka datang meminta Bung Karno menandatangani surat dalam map berwarna merah jambu.

Pada saat M. Jusuf menyodorkan surat dalam map itu, M. Panggabean dan Basuki Rachmat mengeluarkan pistol. Melihat situasi demikian, Soekardjo selaku anggota pengawal presiden Tjakrabirawa yang sedang menggantikan ajudan presiden Komisaris Besar Polisi Sumiratjuga segera mengeluarkan pistol, tetapi dicegah Sukarno.

Sepuluh tahun kemudian, pengakuan Soekardjo dan perjalanan hidupnya itu dibukukan dalam Mereka Menodong Bung Karno: Kesaksian Seorang Pengawal Presiden, terbit 2008.

Tetapi pengakuan Soekardjosendiri dibantah mantan Wakil Komandan Tjakrabirawa, Maulwi Saelan. "Dia (Soekardjo) itu omong kosong. Tidak ada nama dia dalam Tjakrabirawa," kata Maulwi kepada majalah sejarah populer, Historia, beberapa waktu lalu. Menurut Maulwi, ring satu Tjakrabirawa adalah Detasemen Kawal Pribadi dari Kepolisian yang dipimpin Komisaris Polisi Mangil Martowidjojo, ring dua Corps Polisi Militer (CP), serta ring tiga dari infantri Angkatan Darat, marinir (Korps Komando) Angkatan Laut, dan Pasukan Gerak Tjepat (PGT) Angkatan Udara. Selain itu, Soekardjo adalah anggota infantri berpangkat letnan dua.

Selain itu, "Yang datang menghadap Sukarno hanya tiga orang, M. Jusuf, Basuki Rachmat, dan Amir Mahmud," ujar Maulwi. "KASAD M. Panggabean berada di Jakarta."

Tak hanya Maulwi, M. Panggabean juga sempat membantah dan menyatakan dirinya tidak ikut menghadap Sukarno. Belum lagi pada 4 September 1998, M. Jusuf menguatkan bahwa yang menghadap Sukarno hanya dirinya, Basuki Rachmat, Amir Mahmud; dan mereka di sana sampai pukul 20.30, bukan dini hari sebagaimana kata Soekardjo.

Tetapi misteri paling besar menyangkut Super Semar adalah lenyapnya teks asli dokumen itu. Bagaimana mungkin dokumen penanda peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto, orang kuat yang 32 tahun berkuasa dan kekuasaannya digambarkan Benedict Anderson sebagai the slightest lifting of his finger should be able to sent a chain of actions in motion itu bisa hilang ? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar