Kamis, 02 Juli 2015

China Bangun Landasan Pacu di Laut Sengketa

Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوْاْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلأَْرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَـٰهُمْ بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ 
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya".    (QS. Al A'raf : 96)

Landasan pacu milik China      (wkar.org)
(Mediaislamia.com) --- Sebuah citra satelit terbaru menunjukkan China hampir rampung membuat landasan pacu sepanjang 3.000 meter di kepulauan Spratly, Laut China Selatan, yang dipersengketakan dengan empat negara di kawasan.

Diberitakan Reuters, Kamis (2/7), sebelumnya komandan militer AS pada Mei lalu mengatakan bahwa landasan pacu itu akan beroperasi pada akhir tahun ini.

Citra satelit terbaru yang didapatkan oleh DigitalGlobe itu dirilis oleh Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) di kantor lembaga think tank Center for Strategic and International Studies, CSIS, Washington, Amerika Serikat. 
AMTI mengatakan bahwa landasan pacu tengah dibeton dan ditandai, sementara hanggar dan tempat parkir pesawat dibangun di dekatnya.

Sebanyak dua landasan helikopter, 10 antena satelit komunikasi dan kemungkinan satu menara radar terlihat dalam citra satelit tersebut. Sebuah kapal perang China juga terlihat ditambatkan di pelabuhannya. 

Menurut para pengamat, pembangunan landasan pacu di wilayah sengketa akan memberikan China kemampuan menjangkau dan memantau lebih lekat Laut China Selatan. 

Lokasi di laut china selatan      (tl-ph.facebook.com)
Sebelumnya pada Selasa lalu, China mengaku tengah melakukan reklamasi pantai di Spratly. Pemerintah Beijing mengatakan, tujuh pulau telah rampung dibangun di atas daerah terumbu karang tersebut, namun tidak memberikan lokasi tepatnya.

Tindakan China ini menuai kecaman dan kekhawatiran negara-negara pengklaim Spratly, seperti Malaysia, Brunei, Vietnam dan Filipina. Wilayah itu selain diyakini kaya sumber daya alam juga merupakan jalur perdagangan laut senilai US$5 triliun setiap tahunnya.

Diplomat Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan pekan lalu bahwa tindakan China yang mengklaim wilayah di Laut China Selatan persis seperti langkah Rusia mencaplok Crimea.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi menjawab komentar itu dengan mengatakan bahwa jika mereka melepaskan klaim di Laut China Selatan maka akan membuat malu para leluhur dan anak-anak mereka kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar