Jumat, 05 Juni 2015

Dua Wartawan Palestina Jurnalis Arab Award Terganjal Blokade

Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman :
 وَمَن يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ عِندَ رَبِّهِ
"Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya".   (QS. Al Haj : 30) 

Wisham Nashar dan Rina Sharafi  (infopalestina.com)
(Mediaislamia.com) --- Senang bercambur sedih di raut muka wartawati Palestina Rina Sharafi dari Koran Palestina ketika namanya resmi diumumkan meraih penghargaan Jurnalis Arab. Bersedih karena ia sudah berkali-kali berusaha bisa menembus blokade keluar Gaza melalui perlintasan Rafah untuk mengikuti pesta kemenangannya mewakili Palestina namun tak berhasil.

Rina tak sendirian. Sejumlah wartawan di Gaza yang diundang untuk menerima sejumlah penghargaan tak juga bernasib sama. Penutupan perlintasan Rafah selama beberapa bulan menghalangi mereka menerima penghargaan di bidang media itu.

“Saya senang sekali melihat nama saya di daftar nominasi jurnalis muda menerima penghargaan jurnalis Arab. Apalagi saya wartawan perempuan satu-satunya yang menerimanya dari Palestina di bidang media tulis. Padahal saat menerima mahkota piala dan memberikan sambutan, saya ingin mengatakan kepada dunia bahwa Gaza meski diblokade tetap menelurkan manusia-manusia kreatif dan berprestasi.” Tegas Rina kepada Pusat Informasi Palestina.

Rina sendiri sudah dihubungi sebelumnya bahwa ia masuk nominasi dan sudah mempersiapkan diri untuk keluar Gaza melalui Rafah. Ia tetap optimis meski tahu perlintasan Rafah ditutup beberapa bulan.

Rina pun menyampaikan ke panitia bahwa kondisi Gaza berbeda dari wilayah lain dan sangat sulit bisa keluar karena perlintasan ditutup cukup lama. Ia berusaha berkali-kali bisa keluar namun berakhir gagal. Bahkan ia berusaha melewati perlintasan Erez yang dikuasai Israel namun hasilnya tetap tidak boleh keluar.

Tank Zionis Israel     (sidomi.com)
Rina sendiri mengaku tidak tahu menahu materi media apa yang membuatnya menang. Ia hanya tahu sering menulis kisah human interes tentang tragedi agresi Gaza, tentang seorang nenek yang rumahnya digusur dimana rumah itu segalanya baginya dan suaminya pun sudah meninggal. Ia juga menulis perjalanan maut seorang pemuda Gaza yang berakhir dengan kematian di tengah laut dan tema-tema lainnya.

“Sejak 1997 saya tidak pernah bisa keluar Gaza. Apa itu masuk akal? Hak saya yang paling ringan untuk pergi”.

Kameramen Wisam Nashar, Wartawan New York Time Bernasib Sama

Nasib yang sama dialami oleh kameramen New York Time, Wisham Nashar yang bukan pertama kalinya tidak bisa keluar Jalur Gaza karena blokade dan penutupan Rafah untuk menerima penghargaan berlevel Arab dan internasional.

“Meski saya pedih dan sedih, namun terhalangnya wartawan menerima pesta penghargaan adalah pesan kepada dunia atas penderitaan Jalur Gaza dimana warganya tidak bisa bepergian keluar karena perlintasan Rafah ditutup.” Tutur Wisham kepada Pusat Informasi Palestina.

Wisham dalam beberapa bulan ke depan akan mendapatkan penghargaan bergensi di Belanda yang terpilih dari 200 kandidat di seluruh dunia dan 1 dari 12 yang masuk kategori Master Class. Namun ia mungkin harus siap-siap bersedih karena tak bisa ke sana. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar