Rabu, 06 Mei 2015

Jadi Muslim Harus Kaya?

Umpama kemiskinan itu berupa manusia, maka akan saya bunuh. (Ali bin abi Thalib)

Dari dahulu hingga saat ini, siapa yang mau hidup miskin? tentu tidak ada. Namun pada kenyataanya, masih banyak orang yang hidup dengan keadaan miskin. Fenomena kemiskinan bahkan masih banyak melanda umat di negara-negara islam di dunia.

Jika kita mengingat, sahabat Ali bin abi Thalib pernah berkata bahwa, "umpama kemiskinan itu berupa manusia, maka akan saya bunuh".

Artinya, Islam memang mengajarkan agar seseorang tidak hidup serba kekurangan atau miskin. Karena dampak kemiskinan itu sangat berbahaya, hingga mendekatkan seseorang pada kekufuran.

Begitu pentingnya masalah kesejahteraan, sahabat Umar Ibnul Khatab juga pernah berkata “Cukupilah dirimu niscaya Agamamu akan lebih terpelihara, dan kamu akan lebih mulia”.

Nabi sendiri menjadi Pedagang sejak usia 12 tahun dan menjadi Pengusaha selama 25 tahun.
Beliau berdagang sampai Syiria, Yaman, Bashra, dan negeri-negeri lain.

Pada artikel kisah pernikahan Nabi dengan Siti Khadijah, yang sebelumnya pernah penulis angkat, Nabi menyerahkan 20 anak lembu untuk Mas Kawin Beliau dan mengadakan pesta pernikahan dengan menyembelih unta dan memberi makan para tamu. Bisa dibayangkan berapa harga 20 ekor lembu dan unta kan?.

Kemudian, diantara 10 Sahabat Nabi SAW yang dijamin masuk Surga pun ternyata hampir semuanya orang kaya. Sahabat Abu Bakar mensodaqohkan seluruh harta kekayaannya yang bernilai triliunan rupiah.

Ketika wafat, Umar bin Khattab meninggalkan ladang pertanian sebanyak 70 ribu ladang senilai Triliunan rupiah. Ustman bin Affan juga mewariskan triliunan rupiah. Begitu pula Abdurrahman bin Auf, sahabat nabi yang terkenal kaya raya lagi dermawan. Hanya sahabat Ali bin Abi Thalib yang bukan seorang saudagar.

Alloh SWT berfirman, “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”, (Q.S An-Nisa: 9)

Dalam Surat An Nisa’ Ayat 9 diatas diingatkan  agar kita umat islam menyiapkan generasi penerus yang berkualitas sehingga mempunyai potensi yang bisa dimaksimalkan sebagai bekal kehidupan mendatang.

Akan tetapi, Ibnu Hazm al-Andulisy dalam kitabnya, al-Ushul wa al-Furu’ (1/108) menyinggung tentang kaya dan miskin, mana yang lebih utama?.

Menurut beliau, kaya dan miskin tidak menentukan kemuliaan. Kemuliaan hanyalah ditentukan oleh amal kita. Siapa yang paling bertaqwa kepada Alloh dia lah yang lebih mulia dihadapan Alloh. Wallahu A'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar