Kamis, 21 Mei 2015

Nabi Muhammad SAW Berpuasa di Bulan Syaban

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban".   (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156) 

Marhaban ya Syaban        (zunaidi5222.blogspot.com)
(Mediaislamia.com) --- Dalam riwayat lain dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia mengatakan, "Aku tidak pernah mengetahui beliau yakni Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berpuasa sebulan penuh selain Ramadhan dan aku tidak pernah melihat beliau berbuka sebulan penuh, kecuali beliau berpuasa pada sebagian harinya hingga beliau wafat." (HR. Muslim)

Dua riwayat ini bisa saja digabung, yakni puasa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pada sebagian bulan, tidak sampai tiga hari sehingga beliau sempurnakan apa yang beliau lewatkan dari setiap bulan itu pada bulan Syaban. Atau karena beliau puasa tiga hari pada setiap bulan dan ditambah puasa Senin dan Kamis. Bagaimanapun juga, amal ibadah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah amalan yang kontinu. Jika terlewatkan sesuatu dari amalan sunnah, maka beliau menggantinya (qadha`) pada waktu yang lain sebagaimana beliau mengganti shalat sunnah yang terlewatkan atau shalat malam, dengan melakukannya pada siang hari.

Jika telah datang bulan Syaban, sementara masih ada beberapa puasa sunnah yang belum beliau laksanakan, maka beliau menggantinya pada bulan Syaban hingga genaplah hitungan puasa sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sebelum masuk bulan Ramadhan.

Siapa saja yang memiliki hutang puasa Ramadhan, maka wajib baginya mengganti puasa tersebut setelah Ramadhan berakhir jika ia mampu, tidak boleh menundanya hingga Ramadhan berikutnya tanpa ada alasan darurat.

Jika ia lakukan itu, yakni menunda pembayaran hutang puasa karena adanya udzur yang terus-menerus di antara satu Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, maka ia harus menggantinya setelah Ramadhan kedua, tidak ada kewajiban lain selain qadha`.

Di samping hal yang telah disebutkan di atas, ada hikmah lain dari puasa pada bulan Syaban, yaitu sebagai latihan untuk menghadapi puasa Ramadhan agar seseorang tidak merasakan kesulitan dan keberatan dalam melaksanakan puasa Ramadhan, karena telah terlatih untuk berpuasa. Seseorang yang berpuasa pada bulan Syaban sebelum Ramadhan akan mendapatkan kelezatan puasa sehingga ia menghadapi puasa Ramadhan dengan kuat dan penuh semangat.

Gambaran kebesaran Allah      (ubayya.blogspot.com)
Mengingat Syaban sebagai langkah awal untuk menghadapi bulan Ramadhan, disyariatkan pada bulan ini, apa yang disyariatkan pada bulan Ramadhan, mulai dari puasa dan membaca Al-Qur`an agar jiwa benar-benar merasa siap dalam menghadapi Ramadhan, terbiasa dan terlatih untuk melakukan ketaatan kepada Allah dengan ibadah pada bulan Syaban.

Salamah bin Kuhail mengatakan, "Dulu dikatakan bahwa Syaban itu adalah bulan para qurra` (pembaca Al-Qur`an)." Diriwayatkan bahwa apabila Amr bin Qais Al-Mula`i memasuki bulan Syaban, ia menutup pintu warungnya untuk totalitas dalam membaca Al-Qur`an.

Wahai orang yang menyia-nyiakan waktu yang mulia dan membuangnya percuma, dan mengisinya dengan amalan-amalan buruk, amat buruklah apa yang ia lakukan.

Sumber Fimadani

[1] HR. Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf (7858), hadits mursal dari Zaid bin Aslam.

[2] Muttafaq Alaih. HR. Al-Bukhari (570) Kitab: Mawaqit Ash-Shalah, Bab: An-Naumu Qabla Al-Isya liman Ghuliba; HR. Muslim (639) Kitab: Al-Masajid, Bab: Waqtu Al-Isya` wa Ta`khiruha.

[3] HR. Abu Yala ( 4911).

[4] Dalam sanadnya terdapat perawi yang diperbincangkan. HR. Ath-Thabrani dalam Al-Ausath (2098). Al-Haitsami mengatakan dalam Majma Az-Zawa`id (3/192), "Dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Abi Laila, ia adalah perawi yang diperbincangkan."

[5] Hadits shahih; HR. Muslim (1160) kitab Ash-Shiyam, Bab: IstihBab:i Shiyami Tsalatsata Ayyam min Kulli Syahrin.

[6] Hadits shahih; HR. Muslim (1156), kitab Ash-Shiyam, Bab: Shiyamu An-Nabi fi Ghairi Ramadhan.

[7] Ad-Daimah secara bahasa diartikan dengan hujan terus turun dalam keadaan tenang. Di sini Aisyah Radhiyallahu Anha menyerupakan amal ibadah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam kesinambungan dan kesederhanaan dengan hujan yang terus turun dengan tenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar