Kamis, 28 Mei 2015

Bangladesh Pindahkan Kamp Imigran Rohingya ke Pulau Terpencil

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda :
عن أبي موسى الأشعري ـ رضي الله عنه ـ عن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قال : ” المؤمن للمؤمن كالبنيان ، يشد بعضه بعضاً ، ثم شبك بين أصابعه ، وكان النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ جالساً ، إذ جاء رجل يسأل ، أو طالب حاجة أقبل علينا بوجهه ، فقال : اشفعوا تؤجروا ، ويقضي الله على لسان نبيه ما شاء ” . رواه البخاري ، ومسلم ، والنسائي
“Orang mukmin itu bagi mukmin lainnya seperti bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. Kemudian Nabi Muhammad menggabungkan jari-jari tangannya. Ketika itu Nabi Muhammad duduk, tiba-tiba datang seorang lelaki meminta bantuan. Nabi hadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda: Tolonglah dia, maka kamu akan mendapatkan pahala. Dan Allah menetapkan lewat lisan Nabi-Nya apa yang dikehendaki.” Imam Bukhari, Muslim, dan An Nasa’i.

Pengungsi Rohingya       (aktuality.sk)
(Mediaislamia.com) --- Bangladesh berencana untuk memindahkan ribuan pengungsi Rohingya yang telah bertahun-tahun tinggal di sejumlah kamp di daerah yang berbatasan dengan Myanmar. Pemindahan ini sehubungan dengan upaya pemerintah Bangladesh untuk meningkatkan prospek bisnis pariwisata di daerah tersebut. 

Pejabat yang bertanggung jawab atas penampungan imigran Myanmar di Bangladesh, Amit Kumar Baul menyatakan Perdana Menteri Sheikh Hasina berencana memindahkan para pengungsi Rohingya ke Pulau Hatiya di sekitar Teluk Benggala.

"Relokasi kamp Rohingya pasti akan dilakukan. Sejauh ini, sejumlah langkah informal telah diambil sesuai dengan arahan PM," kata Baul yang menjabat sebagai kepala sel pengungsi Myanmar di Bangladesh, dikutip dari The Guardian, Kamis (28/5). 

Baul menyatakan pemindahan kamp tersebut utamanya disebabkan karena adanya kekhawatiran bahwa kamp pengungsi berdampak pada sektor pariwisata di Cox Bazar, daerah yang menawarkan pantai berpasir yang indah sepanjang 125km. 

"Pemerintah telah menekankan pentingnya sektor pariwisata. Oleh karena itu, rencana untuk merelokasi para pengungsi ke daerah terpencil tengah berjalan," kata Baul. 

Rencana pemindahan kamp pengungsi ini mencuat hanya beberapa hari setelah Hasina mengecam para imigran yang melarikan diri dari Bangladesh untuk mencari pekerjaan di negara lain. Hasina menyebut mereka "sakit jiwa" dan menuduh mereka merusak citra negara.

Sheikh Hasina       (imgsoup.com)
Pejabat pemerintahan di Pulau Hatiya, Badre Firdaus, menyatakan pihaknya telah diminta bersiap untuk rencana pemindahan ini. Pemindahan kamp ini tidak akan mengikutsertakan sekitar 200 ribu pengungsi Rohingya yang tidak terdaftar di negara ini. Mereka tinggal di sekitar kamp namun tidak mendapatkan bantuan makanan.

Pemindahan paksa

Terkait hal ini, Mohammad Islam, seorang pemimpin Rohingya yang tinggal di salah satu kamp pengungsi tersebut mendesak pemerintah Bangladesh untuk mempertimbangkan kembali rencana itu. Pasalnya, dia khawatir rencana itu hanya akan menciptakan kondisi kehidupan yang lebih buruk bagi para pengungsi. 
"Kami ingin pemerintah dan organisasi internasional untuk menyelesaikan masalah kami dari sini," kata Islam.

Saat ini, Bangladesh adalah rumah bagi 32 ribu pengungsi Rohingya terdaftar yang melarikan diri dari diskriminasi dan tindak kekerasan umat Buddha radikal di negara bagian Rakhine. Para pengungsi Rohingya tinggal di dua kamp di distrik Cox Bazar, yang terletak di bagian tenggara negara itu. 

Badan pengungsi PBB, UNHCR, yang telah memberikan bantuan untuk para pengungsi di kamp tersebut sejak 1991, menyatakan bahwa rencana itu harus dilakukan secara sukarela. 

"Keberhasilan rencana itu bergantung pada apa yang akan ditawarkan di lokasi baru dan apakah para pengungsi ingin berada di sana. Relokasi paksa akan sangat kompleks dan kontroversial," kata juru bicara UNHCR, Onchita Shadman.

Ribuan warga Rohingya bersama dengan imigran asal Bangladesh mencoba peruntungan dengan menjadi "manusia perahu", nekat mengarungi lautan untuk mencari penghidupan yang lebih baik di negara lain. 

Lebih dari 3.500 imigran Rohingya dan Bangladesh yang terdampar di Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia sendiri, sejak pekan lalu tercatat setidaknya 1.700 imigran terdampar di beberapa kabupaten di Aceh.

Malaysia dan Indonesia sepakat menawarkan tempat penampungan sementara kepada imigran Myanmar dan Bangladesh yang masih terkatung-katung di lautan lepas. 

Pekan lalu, Malaysia menemukan puluhan kamp rahasia yang diduga merupakan tempat penahanan korban perdagangan manusia di tengah hutan di daerah Wang Kelian, kota yang berbatasan dengan Thailand. Dalam kamp tersebut ditemukan 139 kuburan massal berisi jenazah pengungsi yang telah membusuk.

Sementara awal bulan lalu, pemerintah Thailand menemukan tujuh kamp perdagangan manusia yang berisi puluhan jasad terduga imigran Rohingya di provinsi Songkhla yang berbatasan dengan Malaysia. Kamp di Malaysia dan Thailand tersebut diduga saling berkaitan. 

Rencana pemindahan kamp pengungsi ini mencuat hanya beberapa hari setelah Hasina mengecam para imigran yang melarikan diri dari Bangladesh untuk mencari pekerjaan di negara lain. Hasina menyebut mereka "sakit jiwa" dan menuduh mereka merusak citra negara.

Pejabat pemerintahan di Pulau Hatiya, Badre Firdaus, menyatakan pihaknya telah diminta bersiap untuk rencana pemindahan ini. Pemindahan kamp ini tidak akan mengikutsertakan sekitar 200 ribu pengungsi Rohingya yang tidak terdaftar di negara ini. Mereka tinggal di sekitar kamp namun tidak mendapatkan bantuan makanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar