Allah Subahanauhu Wa Ta'ala Berfirman :
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْتَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللهَ وَلْيَقُولُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaknya mereka mengucapkan perkataan yang benar". (QS. An Nisa : 9)
Kritikan sosial pendidikan (dafhy.net) |
(Mediaislamia.com) --- Pendidikan menjadi salah satu faktor penting yang berperan dalam pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu, peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) setiap 2 Mei hendaknya menjadi momentum bagi seluruh elemen masyarakat untuk merefleksikan diri atas kontribusi mereka dalam dunia pendidikan.
Dua mahasiswa pun mengungkapkan pendapat mereka tentang Hardiknas. Mereka ialah mahasiswa Jurnalistik IISIP Jakarta Dhea Amarta dan mahasiswa S-2 Ilmu Linguistik Universitas Indonesia (UI) Putri.
Dhea menyatakan, peringatan Hardiknas yang digelar setiap tahun harusnya bisa menjadi sarana bagi seluruh pihak terkait di bidang pendidikan untuk memperbaiki diri. Sebab, lanjutnya, pendidikan di Tanah Air menjadi salah satu alasan Indonesia tidak bergerak maju.
"Sistem pendidikan Indonesia yang membuat negara kita tidak maju-maju. Salah satunya adalah pendidikan yang tidak merata. Contoh di desa, masih banyak sekolah yang sangat ketinggalan dibandingkan di kota," ujar Dhea ketika berbincang dengan Okezone, Jumat (2/5/2014).
Kemudian, kata Dhea, terkuaknya aksi pencabulan yang menimpa siswa TK menunjukkan pendidikan Indonesia semakin terpuruk. Kejadian itu bisa, ungkapnya, bisa membuat anak-anak maupun orangtua merasa khawatir untuk memberikan kesempatan si anak menempuh pendidikan.
"Apalagi kasus pencabulan di Jakarta International School (JIS) kemarin makin membuat pendidikan indonesia semakin tercoreng. Bagaimana mau maju kalau anak mau masuk TK saja ketakutan dicabuli?" tuturnya.
Jembatan Pendidikan Indonesia (uniqpost.com) |
Tidak jauh berbeda, Putri menegaskan, peringatan Hardiknas jangan sampai hanya berupa seremonial. Bersama seluruh pihak terkait, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) hendaknya mengevaluasi pencapaian dari berbagai program pendidikan yang sudah berjalan.
"Hardiknas itu tidak sekadar upacara protokoler, guru-guru pakai seragam korpri, dan murid nyanyi lagu Hymne Guru. Tapi yang penting sudah sejauh mana program pendidikan yang sudah dibuat telah tercapai. Mengevaluasi program yang sudah dibikin lebih baik daripada buat program yang baru lagi yang baru lagi dari tahun ke tahun tanpa ada kelanjutan," imbuh Putri.
Menurut Putri, keadaan tidak akan berubah jika hanya berbicara. Dia pun mengkritisi para praktisi pendidikan untuk melakukan tindakan nyata dalam dunia pendidikan daripada sekadar bicara.
"Daripada praktisi pendidikan berkoar-koar seharusnya pemerintah membuat sekolah gratis bagi anak-anak jalanan dan mereka yang tidak mampu, mending langsung terjun jadi relawan dan mengajar di sekolah-sekolah jalanan. Atau paling enggak mengajar anak-anak tidak mampu di sekitar rumah mereka. Daripada ngomong, mending kontribusi langsung," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar