Jumat, 07 Agustus 2015

Radikalisme dan Ancaman Perpecahan Ummat

Ilustrasi Radikalisme / wsj.net
Mencermati maraknya issu tentang radikalisme yang diangkat oleh media massa dan ancaman perpecahan umat karena benturan intra dan antar organisasi massa Islam terutama terkait akan dilaksanakannya PILKADA serentak di seluruh Indonesia, maka terdorong oleh kepedulian dan kewajiban untuk ikut menyelamatkan kaum muslimin dari bencana perpecahan, Imaamul Muslimin menyampaikan nasihat sebagai berikut:

1.      Bahwa radikalisme yang dilakukan oleh sekelompok umat Islam di dalam dan di luar Indonesia mengakibatkan kerugian atas kaum muslimin pada umumnya. Kerugian dimaksud terutama karena stigma yang dilekatkan kepada kaum muslimin sebagai umat yang identik dengan kekerasan dan terror baik terhadap Pemerintah dan Negara di mana radikalisme itu terjadi maupun kepada sesama warga negara yang non-Muslim. Tindak kekerasan bersenjata maupun tanpa senjata yang digolongkan radikalisme sebenarnya hanya dilakukan oleh segelintir orang yang tidak serta merta mewakili kaum muslimin pada umumnya. Issu radikalisme itu pun nyata-nyata telah mengoyak keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara saat kaum muslimin dipojokkan pada posisi berlawanan dengan otoritas pemerintahan dan juga dengan warga non muslim;

2.      Bahwa sesungguhnya Islam adalah agama yang misi utamanya menebar kasih sayang tidak saja bagi para pemeluknya namun juga bagi semesta raya (rahmatan lil ‘alamiin). Hal ini ditegaskan di dalam kitab suci Al Qur’an,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Artinya : “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya [21]: 107).
Kaum muslimin dibimbing oleh agamanya untuk hidup damai dan harmonis dengan siapapun yang menghargai perdamaian dan persaudaraan. Kaum muslimin dilarang keras untuk menyakiti siapapun baik secara verbal, non verbal apalagi tindakan fisik. Bahkan dalam kondisi darurat perang sekalipun kaum muslimin tidak dibenarkan membuat kerusakan seperti menumbangkan pepohonan apalagi membakar bangunan;

3.      Sesungguhnya radikalisme sebagaimana dijelaskan di atas dapat menimbulkan fitnah yang keji terhadap kaum muslimin. Fitnah itu disebarkan secara massif melalui berbagai media massa oleh mereka yang memusuhi Islam dan tidak rela melihat terwujudnya perdamaian dunia. Dalam menghadapi fitnah tersebut hendaknya umat Islammenyikapinya dengan sabar namun tetap kritis dan waspada terhadap segala bentuk tipu daya mereka yang memusuhi Islam;

4.      Kaum muslimin dihimbau untuk meningkatkan kekompakan dan ukhuwah sesuai tuntunan Al Qur’an dalam surah Al Hujurat ayat 10 bahwa “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah bersaudara.”Dan sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bahwa“Perumpamaan kaum mukmin dalam kasih sayang dan belas kasih serta cinta adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian anggota tubuh sakit maka akan merasa sakit seluruh tubuh dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

5.      Kaum muslimin hendaknya menjauhi prasangka buruk dan tindakan-tindakan yang menyulut permusuhan di antara umat manusia terutama terhadap sesama muslim sebagaimana yang diperintahkan oleh Al Qur’an,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(QS. Al Hujuraat [49]:12);

6.      Perlu ditegaskan di sini bahwa Jamaah Muslimin (Hizbullah) adalah wadah perjuangan umat Islam berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah yang gerakannya bersifat Non-Politik.  Jamaah Muslimin (Hizbullah) mengajak kepada seluruh umat Islam agar kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah dengan melaksanakan kehidupan secara berjamaah di bawah kepemimpinan Imaamul Muslimin sesuai dengan khitthah Kenabian. Dengan dilaksanakannya kehidupan berjamaah itu maka kaum muslimin akan bersatu di bawah panji-panji Islam dan terbebaskan dari semua fitnah termasuk fitnah perpecahan umat yang dimurkai oleh Allah;

7.      Secara khusus kepada kaum muslimin warga Jamaah Muslimin (Hizbullah) kami menghimbau untuk tetap istiqomah dalam menetapi kehidupan berjamaah dan menjaga ketaatan kepada Ulil Amri serta menjauhi tindakan-tindakan yang bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah apalagi yang menjurus anarkhisme;

8.      Hanya kepada Allah kita berharap dan bertawakkal. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan pertolongan kepada kaum muslimin di mana saja berada untuk terbebaskan dari segala bentuk fitnah dan kemudian mampu memimpin dunia serta mengembalikan dunia kepada keadilan dan kedamaian sejati dalam naungan ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin.

Bogor, 21 Syawwal 1436 H./6 Agustus  2015 M.

IMAAMUL MUSLIMIN
KH. Yakhsyallah Mansur, M.A.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar