Minggu, 20 September 2015

Problematika Idrus Ramli, Jawa dan "Wahabi" Di Aceh



Oleh: Fitra Hudaiya NA

Beberapa hari yang lalu, dunia Islam Aceh dihebohkan dengan acara besar-besaran yang diadakan oleh umat Islam di daerah tersebut, acara itu diberi nama “Parade Ahlussunnah wal Jama’ah”.  Semangat dan antusias masyarakat Aceh pun membuat acara ini semakin meriah.

Tidak lupa pula, acara ini dihadiri oleh seorang tokoh Nahdhatul Ulama (NU) Nasional yaitu Kyai Haji Idrus Ramli Hafizhahullah.  Secara umum  ini merupakan acara yang sangat bagus, yang mana semangat perjuangan masih diwarisi oleh generasi-generasi negri Serambi Mekah itu. Walaupun,  ada hal-hal  yang bagi saya pribadi itu merupakan sebuah keganjilan, diantaranya adalah ketika nama “Wahabi” disandingkan dengan Syi’ah dan PKI.

Jikalau kita mau Inshaf dan jujur, maka akan terlihat di sana perbedaan yang sangat jauh antara  “Wahabi”, Syi’ah dan PKI. Orang yang dituduh sebagai Wahabi adalah mereka yang berusaha kembali ke ajaran Tauhid yang murni, mereka adalah ahlussunnah wal Jama’ah. Adapun Syi’ah dan PKI, mereka jelas-jelas musuh Islam, menghancurkan Islam dari dalam. Sehingga tidak selayaknya tiga “Kelompok” itu disamakan.  Maka benarlah pernyataan seorang tokoh NU, Habib Ahmad Zain al-Kaf bahwa Wahabi itu adalah saudara kita Ahlussunnah wal Jama’ah sedangkan Syi’ah Bukan.

Ikhwati Fillah, Karena dasar cinta yang sangat dalamlah diri ini tergerak untuk  menulis  Risalah yang mungkin memiliki banyak kekurangan ini. Saya mencintai Kyai Idrus Ramli Hafizhahullah, saya mencintai Jawa, dan saya juga mencintai Aceh. Rasa cinta itu dibangun bukan karena Qaumiyah (Nasionalisme) juga bukan karena Fanatik Jahiliyah, melainkan cinta yang dibangun atas dasar Islam.

Banyak  pihak mendukung kedatangan Kyai Idrus Ramli ke Aceh, dan ada sebagian yang menolak. Bagi yang mendukung semoga Allah merahmati mereka semua, adapun bagi yang kontra dengan berdalihkan “Jangan mau dijajah atau dibodohi oleh orang jawa”  atau dalih yang lainnya seperti “Jangan karena satu orang Jawa kita diadu domba”, maka saya berdoa semoga Allah membuka hati kita semua.

Saudaraku tercinta, pada hakikatnya kita dahulu saling berpisah, saling bersekat-sekat dan tidak bersatu. Akan tetapi kedatangan Islam menghapus itu semua, menghilangkan sekat-sekat pembeda serta melenyapkan fanatik kesukuan, sehingga kemuliaan seseorang bukanlah dinilai dari hebatnya suku atau Nasabnya melainkan dari keimanan dan ketakwaan yang tertancap pada dirinya. Ini senada dengan Firman Allah Ta’ala dalam Surat al-Hujurat ayat 13: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu…”

Jadi, dalam masalah ini, yang mengadu domba kita bukanlah “Jawa” ataupun yang lainnya, melainkan musuh-musuh Islam dan pihak yang memiliki kepentingan pribadi. Saudaraku yang dirahmati Allah, kuatkan barisan, kokohkan persatuan. Demi Allah, orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela terhadap kita kaum mukmin sampai  kita mengikuti agama mereka. Wal Iyaadzu billah

Saya bangga dengan adanya sosok seperti Kyai Idrus Ramli di tubuh NU, sosok yang sangat getol menjaga warga NU dari serangan musuh. Kita juga melihat bagaimana video beliau berdebat dengan orang Syi’ah dan video diskusi beliau dengan saudara-saudara kita dari kalangan Salafi. Tapi pernahkah kita bertanya “Mengapa yang sering diulang-ulang dan yang paling heboh di media sosial adalah video diskusi beliau dengan “Salafi” atau “Wahabi”, sedangkan video debat denga Syi’ah nyaris jarang dimunculkan di permukaan. Ini kerjaannya siapa?. Maka ingatlah wahai saudaraku, bahwa dibalik perpecahan kita sekarang ini ada musuh besar Ahlussunnah Wal Jama’ah yaitu syetan dari golongan jin dan manusia.

Terakhir, harapan saya yang faqir ini kepada Kyai Idrus Ramli yang terhormat dan tokoh semisalnya agar tidak datang lagi ke Aceh jika itu hanya memecah belah persatuan. Dan kepada saudaraku seiman perlu digaris bawahi bahwa problematika kedatangan Kyai Idrus Ramli ke Aceh jangan menjadikan kita yang kurang setuju beranggapan serta mengatakan ini adalah “Jawa” yang mengadu domba masyarakat kita, saya pribadi jujur kurang setuju dengan kehadiran beliau dalam acara itu, karena cenderung membuat musuh tertawa melihat perpecahan yang semakin meruncing. Ala Kulli Hal semoga Kyai Idrusl Ramli juga Inshaf dan tidak gagal memahami sejarah sehingga kesatuan umat Ahlussunnah wal Jama’ah bisa tercapai. Salam Ukhuwah  Akhukum Fillah Fitra Hudaiya NA.(Ical/afwaja/beritaislam.net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar