Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman :
لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya". (QS. Ali Imran : 92)
Adhi S Lukman (article.wn.com) |
(Mediaislamia.com) --- Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, membuat beban Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) semakin sarat saja. Ini ancaman sangat serius.
Menurut Ketua Umum Gapmmi, Adhi S Lukman, beban industri makanan dan minuman (mamin) akibat merosotnya nilai tukar (kurs) rupiah, semakin berat saja. Saat ini, pergerakan rupiah semakin mendekati Rp 15 ribu per US$. Tepatnya Rp 14.680 per US$ pada Jumat sore (25/9/2015).
“Kalau sudah Rp 15 ribu per dolar AS, mau tidak mau harga harus naik walaupun berat. Kita berharap maksimalnya di Rp 15 ribu, jangan sampai lebih,” paparnya.
Dengan nilai tukar Rp 15 ribu, kata Adhi, menjadi pukulan berat bagi industri mamin, terutama yang melakukan impor bahan baku dalam jumlah besar.
Nasib wong cilik akibar rupiah melemah (backpackology.me) |
“Kita melihat, perusahaan berusaha berrtahan. Tapi tentu ada batasnya. Perkiraan saya sampai Rp 15 ribu per dolar AS,” papar Adhi.
Sekedar informasi, ketergantungan inndustri mamin terhadap bahan baku imppor, memang cukup tinggi. Semisal, gula dan terigu masih 100% impor. Sementara impor susu mencapai 70%, serta konsentrat buah dan sayur 70%. “Artinya, porsi impor bahan baku untuk industri mamin, memang cukup besar,” terang Adhi. Sesungguhnya aneh, Indonesia yang memiliki lahan yang sangat luas namun masih saja banyak mengimpor bahan-bahan seperti ini. Hal ini membuktikan jika negeri ini dikuasai para mafia, yang tentu saja berkaitan dengan penguasa-penguasa formal di Istana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar