Jumat, 18 September 2015

Thailand Memperkenalkan Museum Korupsi

Allah Subhanahu Wa ta'ala Berfirman :
وَلاَ تَأْكُلُوْا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْاِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui".   (QS. Al Baqarah : 188) 

Patung Korupsi di Thailand       (inilah.com)
(Mediaislamia.com) --- Thailand memperkenalkan Museum Korupsi Thailand, atau Museum of Thai Corruption, yang memperlihatkan kasus korupsi besar dan patung pelakunya.

Museum kali pertama diperkenalkan 6 September lalu, untuk menandai Hari Antikorupsi di negara itu. Museum memamerkan sepuluh patung, yang mewakili sepuluh kasus korupsi.

Ada patung seorang pria dan wanita berdiri di belakang tumpukan karung emas, yang mewakili dugaan korupsi skema beras mantan PM Yingluck Shinawatra.

Pada instalasi lain terdapat seorang pria dalam bentuk tak sempurna menelan pilar bangunan, yang merepresentasikan penyalah-gunaan dana publik pada pembangunan 396 pos polisi di seluruh negeri. Pelaku korupsi itu adalah Abhisit Vejjaiva.

Ada juga patung-patung lain yang merepresentasikan kasus korupsi besar, yang melibatkan PNS dan penyiar televisi.

Pramon Sutivong, ketua Komisi Antikorupsi Thailand dan pendiri museum ini, mengatakan kepada channelnewsasia.com pihaknya sengaja memamerkan kasus yang belum selesai di pengadilan. Tujuannya, mengingatkan masyarakat akan pelaku.

Hampir semua kasus korupsi yang dipamerkan tidak menyebut nama pelaku, tapi publik tahu dan cukup mempermalukan para koruptor.

Pramon juga mengatakan di masa depan museum akan fokus pada kasus-kasus besar dari masa lalu, dan menyoroti efek buruk kepada masyarakat.

 Hancurkan korupsi  (budiyanto32.blogspot.com)
Sujane Kanparit, kolumnis untuk Sarakadee Magazine, mengatakan museum itu produk politik. Pemerintah, katanya, berusaha mendiskreditkan pemerintahan terdahulu agar tokohnya tidak menang pada pemilu mendatang.

Perang melawan korupsi kerap digunakan sebagai alat politik. Selama konflik 2013-2014, misalnya, Komite Reformasi Demokrasi Rakyat menggunakan tuduhan korupsi terhadap pemerintah PM Yingluck untuk membolisasi pendukung dan menggelar protes di jalan-jalan.

Militer Thailand menggunakan perang melawan korupsi sebagai pembenar tindakan kudeta.

Thitinan Pongsudhirak, direktur Institut Studi Keamanan Internasional dari Chulalongkorn University, mengatakan ada banyak bentuk korupsi di Thailand.

"Kadang-kadang korupsi terhadi akibat penyalah-gunaan kekuasaan oleh pejabat untuk memperkaya diri," ujarnya. "Bentuk lain korupsi adalah melalui penerapan kebijakan publik yang menguntungkan pihak berkuasa."

Penyebab mengapa korupsi sering diabaikan adalah sistem patronase negara. Individu memiliki koneksi pribadi ke atas.

"Negara harus lebih cerdas mengatasi masalah korupsi di masyarakat," kata Thitinan.

Museum Korupsi akan dipamerkan di Bangkok Art and Culture Center, 15-27 September. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar