Minggu, 01 November 2015

Ada Apa dengan Rencana Jokowi Gabung ke TPP ?

Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".   (QS. Al Hujurat : 13) 

Jokowi Saat kunjungan di AS      (dw.com)
(Mediaislamia.com) --- Hasil kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat salah satunya tentang rencana RI bergabung dalam Trans-Pacific Partnership (Kemitraan Trans Pasifik). Rencana ini kini menjadi sorotan parlemen. Jargon Trisakti Bung Karno pun dipertanyakan.

Pernyataan Presiden Jokowi yang ingin bergabung dalam blok perdagangan bebas Kemitraan Trans-Pacifik berbuah polemik. Pernyataan Jokowi disampaikan saat menggelar jumpa pers bersama dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

"Indonesia adalah ekonomi yang terbuka dan dengan populasi sebanyak 250 juta jiwa, kami adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Kami berniat bergabung dengan TPP," kata Jokowi saat jumpa pers bersama di Gedung Putih, Senin (26/10/2015) waktu setempat.

Rencana presiden tersebut langsung mendapat tanggapan miring dari sejumlah fraksi di parlemen. Sejumlah fraksi mempertanyakan niat presiden tersebut. Salah satu penyebabnya kesiapan RI yang masih belum maksimal dalam menyambut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Trans-Pacific Partnership    (montrealinternational.com)
Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS Mahfudz Siddiq mempertanyakan sikap pemerintah yang memberi sinyal untuk bergabung dalam blok perdagangan Kemitraan Trans Pacifik yang diinisiasi Amerika Serikat. Menurut Mahfudz kesiapan RI dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) saja hingga saat ini masih belum maksimal.

"Makanya soal TPP, kami belum melihat menjadi agenda prioritas. Kalau kita melangkah cepat ke TPP, tetapi dalam konteks ASEAN belum siap, pekerjaan rumah kita menjadi berlipat ganda. Itu pula yang menjadi dasar Pemerintahan SBY yang tidak ikut TPP," urai Mahfudz di Gedung DPR, Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Rabu (28/10/2015).

Lebih lanjut Mahfudz mengatakan sebelum RI melangkah lebih jauh, sebaiknya pemerintahan Jokowi menerapkan jargon Trisakti dan Nawacita yang menjadi inti dari visi misi pemerintahan Jokowi. Menurut dia, pembangunan kemandirian politik dan ekonomi semestinya terlebih dahulu diwujudkan. "Yang terjadi saat ini, persoalan politik belum selesai sedangkan persoalan ekonomi kita mengalami tensi tekanan yang kian berat," tambah Mahfudz.

Sementara anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Gerindra Bambang Haryo Soekartono juga menentang rencana pemerintah masuk dalam blok perdagangan Kemitraan Trans Pacific. Menurut dia, saat ini bukanlah waktu yang tepat Indonesia bergabung dalam TPP. "Saya kira saat ini belum waktunya. Lebih baik kita perkuat lebih dahulu di level regional," ujar Bambang.

Kelompok TPP         (en.wikipedia.org)
Dia menyebutkan, sebaiknya RI lebih dahulu memperkuat kekuatan domestik. Dia menilai, langkah Presiden Jokowi yang berencana bergabung dengan TPP merupakan langkah yang terlalu jauh. "Kita tidak akan bisa mengimbangi mereka (anggota TPP). Kita hanya akan menjadi konsumen dan hanya menjadi pasar," sebut Bambang.

Terpisah, Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan Indonesia saat ini masih melakukan kajian yang mendalam terkait rencana bergabung dengan TPP. "Presiden telah memberikan arahan untuk dikaji secara mendalam. Jadi apakah nanti waktunya dan kapan bergabungnya dan apakah akan bergabung, tentu perlu pengkajian yang sangat dalam," tegas Pramono di Kantor Setkab, Rabu (28/10/2015).

Dia tidak menampik terjadi ketimpangan antara Indonesia dengan negara lainnya khususnya yang tergabung dalam TPP. Dia mengibaratkan kondisi tersebut seperti pertandingan tinju antara Mike Tyson melawan Elyas Pikal. "Nggak akan imbang. Sehingga dengan demikian harus ada keseimbangan untuk mempersiapkan itu," cetus Pramono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar