Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman :
وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
"Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya". (QS. Ali Imran : 159)
SBY ingatkan Jokowi terkait TPP (wartakota.tribunnews.com) |
(Mediaislamia.com) --- Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan sarankan kepada Presiden Jokowi terkait Trans-Pacific Partnership (TPP).
Berikut pernyataan SBY terkait Trans -Pacific Partnership (TPP) :
Dulu, SBY Tolak Indonesia "JOIN" TPP, Karena belum siap.
Di media massa diberitakan, dulu "SBY tolak TPP", kini "Jokowi dukung TPP". Memang benar, dulu saya tidak setuju Indonesia masuk TPP. *SBY*
Trans-Pacific Partnership adalah kerjasama ekonomi lintas Pasifik, yang dimotori AS. Hakikatnya ~ liberalisasi perdagangan & investasi.
Sebenarnya TPP baik, jika negara anggotanya "siap", kepentingannya diwadahi & benar-benar memberikan keuntungan bersama.
Rencana Jokowi gabung ke TPP (kartun.inilah.com) |
Jika Indonesia merasa belum siap & dipaksa masuk TPP, maka justru negara kita akan dirugikan. Begitulah "hukum globalisasi."
Alasan saya dulu mengapa Indonesia belum tepat bergabung ke TPP:
(1) Kita sedang tingkatkan kesiapan untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN.
(2) Kita juga hrs "untung" dalam China-ASEAN Free Trade Agreement. Rakyat khawatir kalau kita tak siap & merugi dalam 2 kerjasama ini.
(3) Kita sedang ikut negosiasi RCEP ~ kerjasama ekonomi ASEAN + Tiongkok, Jepang & Korea. Jangan sampai kita juga tak siap.
(4) Ekomomi Singapura, Malaysia, Brunei & Vietnam (yang masuk TPP), "berorientasi ekspor". Indonesia tidak. Pasar domestik kita besar.
Jika tak siap, justru pasar kita akan kebanjiran barang & jasa negara lain, sementara ekspor kita tak bisa bersaing di luar negeri.
(5) Sudah ada APEC ~ yang juga merupakan wadah kerjasama ekonomi Asia Pasifik. Karenanya, dulu TPP belum jadi prioritas utama.
Tapi, Presiden Jokowi punya hak & bisa saja ubah posisi kita, & putuskan bergabung ke TPP ~ mungkin beliau sudah berjanji di Amerika.
Dengan niat baik, ijinkan saya menyarankan agar sebelum keputusan resmi & final diambil, sejumlah hal mesti dipastikan.
(1) Pastikan Indonesia mendapatkan keuntungan nyata dalam pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja & pengurangan kemiskinan.
(2) Indonesia mesti siap benar ~ kesiapan pelaku bisnis & masyarakat; kebijakan & regulasi; serta infrastruktur & konektifitas domestik.
(3) Negosiasi kita harus kuat (tough), jangan sampai kita hanya dapat sedikit. Lagipula negosiasi 12 negara TPP telah tuntas 5 Oktober 2015 lalu.
(4) Mengingat dampak TPP besar bagi ekonomi kita, pemerintah perlu minta pendapat para ekonom, dunia usaha & masyarakat.
Ilustrasi - Cengkraman dalam TPP (sinarharapan.co) |
Satu lagi, TPP, seperti juga AIIB, ada sisi geopolitiknya. Pastikan kita bersahabat dengan semua mitra kita, termasuk Amerika, Tiongkok & Jepang.
Mari kita jaga politik luar negeri bebas & aktif. Serta "all directions foreign policy". Cegah bersekutu dengan satu negara & berjarak dengan yang lain.
Mari kita pastikan pula, dengan pihak manapun kita bekerjasama, kepentingan nasional Indonesia diatas segalanya.
Mari kita bantu Presiden Jokowi untuk bisa mengambil keputusan dengan tepat & jernih, demi kepentingan bangsa & negara tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar